Doktor yang Tak Pernah Menulis Selain Desertasinya Sendiri

Terjemah Al-Ra’d: 21

Dan orang yang menghubungkan apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rab (Tuhan) mereka, serta mereka takutkan hisab yang buruk.

Tafsir

Ayat studi kemarin (19 dan 20), ayat kaji ini (21) dan satu ayat berikutnya (22) membicarakan sifat-sifat ulil albab yang jumlahnya ada sembilan, yakni: pertama, mampu memahami nasehat secara baik dan mengambilnya sebagai pelajaran. Dengan kata lain, ulul albab itu pribadi reflektif, tidak sekedar faham secara akal, tidak sekedar sadar dalam hati, tetapi dibuktikan juga dengan amal perbuatan. “ innama yatadzakkar ulul al-albab”.

Betapa banyak insan entertainment yang sudah mengerti kalau buka aurat, apalagi bergoyang erotis. Menebar maksiat di depan umum itu haram dan dosa yang meluas, tapi tetap saja dilakukan. Bahkan cenderung terus berkreasi menciptakan gaya goyangan yang khas dirinya sebagai matapenharian tetap. Lagi-lagi uang dan uang mengalahkan nurani keagamaan yang sejatinya ada di dalam diri. Mereka bukanlah termasuk kategori ulul albab seperti digagas ayat ini meskipun sering umrah, rajin mengaji di majlis taklim dan punya guru spiritual pribadi.

Kedua, orang yang memenuhi janji dan tidak melanggar. Ada janji yang wajib ditunaikan, yaitu janji atas perbuatan yang dibenarkan agama, seperti yang berhukum mubah atau sunnah. Janji menjalankan amal wajib, seperti shalat fardhu, zakat, haji itu tak berguna. Termasuk dalam ayat ini adalah sumpah pejabat, baik pejabat pemerintah maupun publik. Janji kepala pemerintahan dan anggota DPR seperti yang dijanjikan adalah utang.

Termasuk juga sumpah profesi atau janji akademik. Dokter yang melanggar sumpahnya sangat berdosa. Jangan enak-enak sarjana berikrar saat diwisuda, semua itu kelak dipertangungjawabkan. Sebagai insan yang dititipi ilmu oleh Tuhan sungguh dituntut memberi manfaat kepada umat dengan cara mengajar atau memberi nasehat agama. Tapi khusus insan akademik agak beda. Meski ke sana kemari mengajar, namun jika dia seorang profesor doktor, maka sepatutnya produktif juga dalam karya tulis ilmiah. Jangan sampai menjadi doktor yang tidak pernah menulis selain disertasinya sendiri.

Ketiga, punya integrasi dan kepedulian tinggi. “yashilun ma amar Allah bih an yushal”. Menyambung apa yang diperintahkan Allah untuk disambung. Arah ayat ini tertuju kepada sambung sanak saudara atau tali silatur rahim, begitu pendapat mayoritas mufassirin. Tapi tafsir aktual ini memilih makna lebih luas dari itu, berdasar gaya “umum al-lafdh “ yang nampak pada redaksi ayat kaji ini, yakni semua sektor kebajikan, “ Jami’ al-khairat”.

Artinya, kita diperintahkan punya hubungan dengan semua kegiatan agama sebisa kita jangkau. Itulah kepedulian atau integrasi seorang mukmin kepada agamanya. Semisal ada kegiatan bakti sosial, jamaah pengajian, panti asuhan, majlis ilmu, taman pendidikan al-Qur’an, pondok pesantren, usaha bisnis lembaga keagamaan dll., syukur-syukur bisa membantu dengan amal nyata, memberi sumbangan, menjadi pengurus dan sebagainya. Atau kenal, mengetahui keadaannya, aktifitasnya, berkomentar positif dll. Minimal memberi dukungan doa, bukan malah abai dan tidak mau tahu.

Tawaran Koalisi Partai Islam, Laku?

“Wa al-ladzin yashilun ma amar Allah an yushal”. Allah memerintahkan umat Islam menyambung, memadukan, mengintegrasikan segala yang diperintahkan Allah untuk disambungkan.Jadi, ada aturan Tuhan (ma amar Allah) yang diperintahkan untuk diintegrasikan (an yushal) dan ada yang tidak. Semisal famili, ada silaturrahim antara sanak saudara. Biasanya, kalau kerabatnya ada yang ternama, maka seseorang bangga mengakui. Tapi kalau rendahan, enggan mengakui.

Dalam agama, sengaja berbohong, bukan keturunan si Fulan, tapi ngaku-ngaku sebagai keturunannya, atau ada hubungan famili, tetapi tidak mengakui, maka berdosa dan Tuhan tidak merestuinya masuk surga. Tuhan tersinggung berat, karena Dialah Dzat yang menciptakan adanya garis nasab dan tidak. Mendustakan nasab sama dengan mengingkari garis ciptaan Tuhan.

Ibn Abbas R.A. memaknai sambung tali Allah ini dengan keimanan utuh yang menghubungkan antara keimanan kepada kitab suci al-Qur’an dengan pesan kitab-kitab samawi sebelumnyadan antara rasullullah Muhammad SAW dengan rasul-rasul sebelumnya. Jadi, keimanan itu tidak pernah beda dan nyambung antara konsep keimanan yang dulu dengan sekarang. Allah STW adalah Tuhan satu-satunya, sedangkan para rasul adalah para utusan-Nya sesuai zaman masing-masing. Tidak sama dengan agama lain, tiba-tiba nabi Isa A.S. dinobatkan menjadi Tuhan, di mana dulu-dulunya tidak pernah ada konsep macam itu.

Di sisi lain, ayat tersebut juga dimaknai sebagai terigrasinya keimanan dengan amal salih. Sebab antara keduanya saling terkait. Keimanan sejati pasti membuahkan amal salih dan amal salih lahir dari keimanan yang benar. Tidak sebatas itu, silaturrahim bisa bersifat regional,nasional ataupun internasional. Andai semua negara Islam di dunia ini mau bergabung dalam OKI, memperkuat persaudaraan, saling peduli dan saling membantu, maka negara barat pasti keder dan tidak berani semena-mena mengintervensi. Palestina-pun tak kan sesengsara sekarang.

Begitu halnya dalam politik. Sejatinya silatur rahim itu mulia. Tapi dalam silatur rahim politik harus punya kearifan khusus, karena politik punya pembacaan tersendiri. Contohnya silatur rahim ketua PPP pada kampanye partai Gerindra yang berdampak kisruh internal. Kisruh itu terjadi setelah suara PPP tak sesuai harapan, lalu dituduhkan bahwa salah satu penyebabnya adalah silaturrahim tersebut. Andai suara PPP naik memuaskan, mungkin sang ketua dipuji-puji.

Andai, -sekali lagi andai- PKS mempelopori silatur-rahim politik dengan bentuk koalisi partai-partai Islam. Dari sisi keagamaan, ide tersebut tentu sangat bagus dan islami. Berhubung gagasan tersebut muncul setelah suara partai dakwah itu terpuruk dalam pemilu legislatif 2014 kemarin, maka banyak pembacaan. Semua petinggi partai sudah sangat faham parihal moral PKS saat berkoalisi dengan partai pemerintah dan bisa mengambil pelajaran. Ini sekedar contoh, mudah-mudahan kita selalu diberkahi Tuhan lantaran amal bersilatur-rahim yang ikhlas, bukan karena terpaksa.

Khasy-yah dan Khauf

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO