​Fenomena Kader Loncat Partai, Bukti Parpol Hanya Menjadi Kendaraan Politik

​Fenomena Kader Loncat Partai, Bukti Parpol Hanya Menjadi Kendaraan Politik KTA Partai NasDem atas nama Ipong Muchlissoni. Foto: istimewa

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Fenomena loncat partai seorang figur politik kerap terjadi jelang kontestasi politik baik pemilihan kepala daearah (pilkada) maupun pemilu legislatif (pileg). Pengamat politik Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Bangkalan, Mochtar W. Oetomo, mempertegas bahwa partai politik di Indonesia hanya murni sebagai kendaraan politik, bukan institusi yang memiliki fungsi pendidikan politik dan ideologi.

"Akan banyak figur politik yang akan loncat partai di setiap momentum politik. Ini bukti bahwa partai gagal menjadikan kadernya sebagai kader yang ideologis," ujar Mochtar, Selasa (31/10).

Direktur Surabaya Survey Center (SSC) itu menyoroti kabar lompatnya Ipong Muchlissoni dari Partai Gerindra menjadi kader Partai NasDem. Menurutnya, bila benar Ipong telah menjadi kader NasDem maka semakin memperbanyak pilihan bagi cagub untuk memilih figur politik yang dibutuhkan dari Partasi NasDem.

Partai NasDem sendiri berada di barisan partai pengusung Khofifah di Pilkada Jatim 2018, bersama Partai Golkar, Hanura dan Partai Demokrat yang baru saja bergabung. Tentunya, NasDem juga berhak menyodorkan kadernya sebagai calon pendamping Khofifah.

"Masuknya Ipong ke NasDem menambah pilihan calon pendamping bagi Khofifah yang berasal dari partai tersebut. Meskipun sebenarnya sudah ada Hasan Aminuddin yang secara popularitas dan elektabilitas lebih tinggi serta lebih mumpuni dalam dunia politik dan pemerintahan," jelas Mochtar.

Sementara itu, Kabar bergabungnya Ipong ke NasDem dibenarkan Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Partai NasDem, Effendi Choirie. Ipong bahkan oleh DPW Partai NasDem Jatim diusulkan menjadi Ketua Bappilu DPW Partai NasDem Jatim.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO