Tafsir Al-Nahl 123: Rahmat Tuhan, NKRI Bependuduk Mayoritas Muslim

Tafsir Al-Nahl 123: Rahmat Tuhan, NKRI Bependuduk Mayoritas Muslim Ilustrasi

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

Tsumma awhaynaa ilayka ani ittabi’ millata ibraahiima haniifan wamaa kaana mina almusyrikiina (123).

Jika ayat sebelumnya menunjuk Ibrahim sebagai nabi al-Mujtaba (terpilih), ayat tersebut juga menunjuk Ibrahim itu pandai mensyukuri nikmat Tuhan. Kiprah syukur Ibrahim sangat universal, tidak sekedar kepada sesama manusia, bahkan sesama makhluq lain yang tak terlihat.

Ibrahim yang terkenal sering memotong kambing atau sapi muda, ternyata sisa daging termakan yang masih melekat pada tulang sengaja dihidangkan kepada para Jin di sekitar padang pasir yang memang itu makanan kesukaan mereka. Makin sering memotong ternak untuk konsumsi, berarti makin sering memberi makan Jin. Apa itu berarti makin disukai oleh para Jin? Belum tentu.

Itu persoalan berbeda, Jin yang pengertian, shalih, tepo seliro sungguh susah dijumpai. Meski keseharian mendapat asupan gizi dari Ibrahim, tapi saat Ibrahim diuji oleh Allah meneymebelih anaknya, Jin jahat atau Syetan datang mengganggu. Tidak hanya itu, ketika Ibrahim berhasil meloloskan diri setelah menghancurkan patung-patung sesembahan, ternyata Iblis yang memberi tahu polisi istana, bahwa Ibrahim pelakunya. Lalu dihukum, dibakar.

Selamat dari bara api, semestinya bisa saja Ibrahim bertindak beringas, membunuh raja dan menghancurakan istana, tapi begitu yang dilakukan. Ibrahim menunjukkan jati dirinya sebagai orang yang super shalih, "wa innahu fi al-akhirah lamin al-shalihin" dengan tetap santun, tapi tegas. Prinsipnya hanif dan muslim. "hanifa muslima", tanpa kompromi sama sekali terhadap kesyirikan.

Perilaku hanifa muslima, santun dan lebih mengedepankan toleransi inilah yang nyata-nyata ada pada perilaku umat Islam negeri ini. Betapa anugerah Allah SWT yang telah menjadikan negeri ini dengan penduduk mayoritas beragama Islam yang hanifa muslima. Dan itu terbukti pada beberapa kasus seperti terjadi pada hari-hari ini, kondisi seputar pemilihan gubernur DKI Jakarta. Lihatlah:

Pertama, untung sekali penyidik senior KPK yang disiram air keras itu seorang muslim yang baru keluar dari masjid usai melaksanakan ibadah shalat shubuh berjamaah. Maka komentar-komentar di media biasa saja, sebentar dan lenyap, polisi pun biasa saja, kriminal biasa, sedang dilakukan ini dan itu, dll.

Coba bayangkan, andai yang disiram itu seorang penyidik nonmuslim yang baru keluar dari gereja usai peribadatan. Waw, rasanya komentar miring dan pedas bakalan langsung dialamatkan kepada kawan-kawan muslim berjubah, sebagai radikal, intoleransi, tidak menghormati keberagaman, merusak kerukunan antar umat beragama, membahayakan NKRI dan lain-lain.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO