Tafsir Al-Nahl 69: LGBT Dibina Dulu, Baru Dibinasakan

Tafsir Al-Nahl 69: LGBT Dibina Dulu, Baru Dibinasakan Gerakan Pemuda Ka'bah (GPK) saat melakukan aksi menolak kelompok Lesbian Gay Biseksual dan Transgender (LGBT) di perempatan Tugu Yogyakarta. foto tempo.co

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com – “Tsumma kulii min kulli altstsamaraati fauslukii subula rabbiki dzululan yakhruju min buthuunihaa syaraabun mukhtalifun alwaanuhu fiihi syifaaun lilnnaasi inna fii dzaalika laaayatan liqawmin yatafakkaruuna”.

Perusak manusia ada dua: Nafsu dan Syahwat. Ringkasnya, nafsu dorongan buruk, di mana orientasinya lebih pada ego, ambisi dan keangkaramurkaan yang sifatnya dominan nonfisis. Sedangkan ego -menurut data al-Qur'an- diperankan oleh raja Fir'aun yang dengan pedenya mengaku sebagai Tuhan Maha Tinggi, "Ana rabbukum al-a'la (al-Nazi'at:24).

Sedangkan syahwat lebih pada fisis materialistis. Ali Imran: 14 menunjuk orientasi "hubb al-syahawat" diawali dari hobi seksual, bangga keluarga dan aneka aset. Puncak syahwat itu adalah homoseksual yang diperankan oleh kaum nabi Luth A.S.

Dua tarikan buruk tersebut sama-sama dahsyat hingga mampu membredel keimanan. Jika kondisi masyarakat sudah sedemikian kronis dan bejat, maka adzab pasti turun tanpa pernah kita duga sebelumnya. Meski demikian, informasi al-Qur'an bisa kita pakai sebagai rujukan melihat jenis azab, pola dan volumenya. Ternyata berbeda, antara azab yang ditimpakan akibat umbar nafsu dan akibat umbar syahwat.

Azab pelanggaran nafsu yang ditimpakan atas diri raja Fir'aun memang mengerikan, tetapi hanya sebagatas pelakunya saja. Fir'aun dan bala tentaranya ditenggelamkan di dasar laut. Sementara negeri Mesir, istana, rumah penduduk, hewan ternak, anak-anak kecil, lahan-lahan pertanian masih utuh. Tuhan melokalisir secara tepat, sehingga hanya menghukum pelaku tanpa merusak sarana.

Tidak sama ketika Tuhan mengazab kaum nabi Luth A.S. yang mengumbar syahwat, menyimpang dan melakukan seks brutal. Tidak hanya para pelaku homoseksual yang dibinasakan, melainkan semuanya dihancurkan berikut bumi yang sehari-hari mereka pijak. Tanah longsor berbalik posisi, yang atas jadi bawah dan yang bawah menjadi atas.

Diringan hujan batu yang memilukan, (Hud:82). Tak ada satupun makhluk hidup yang selamat pada lokasi itu. Tidak saja manusia, bahkan kawanan hewan dan serangga kecil yang tak berdosapun ikut binasa. Kota Sodom dan isinya tenggelam dalam perut bumi.

Kota kedua yang senasib adalah Pompeii, Italy. Kota era kerajaan Romawi kuno ini sangat makmur dan sedang dalam kejayaan puncak. Penduduknya berfoya dan berliar-liaran main seks. Zina, lesbi dan homo di pinggir-pingir jalan adalah pemandangan biasa. Tahun 79 M, gunung Vesuvius meletus dahsyat dan memuntahkan abu vulkanik tak terhingga sehingga mengubur seluruh kota dengan segala isinya tanpa tersisa. Saking tebalnya timbunan abu, hingga Pompeii hilang dan baru diketemukan secara tidak sengaja setelah 1.600 tahun berlalu.

Ketiga, Legetan, desa dalam wilayah Banjarnegara Jawa Tengah, kira-kira 2 km dari kaki Dieng. Daerah pertanian super subur. Aneka sayuran tumbuh berlimpah tak kenal musim. Meski desa lain tak panen, Legetan tetap panen raya. Penduduknya hobi maksiat, setiap malam berpesta Lengger, pertunjukan tradisional yang berujung pada seks bebas, bahkan sesama saudara kandung sendiri.

Pada satu malam, medio April 1955, Legetan diguyur hujan lebat diikuti petir menyambar dan tanahpun longsor. Tiba-tiba terdengarlah suara seram mengerikan, semacam suara batu besar yang dijatuhkan. Penduduk tetangga desa mendengar, tapi tak satupun ada yang berani keluar rumah. Pagi hari, mereka penasaran ingin melihat apa yang terjadi di Legetan. Berduyun-duyun mereka datang ke Legetan.

Subhanallah, ternyata Legetan sudah tidak ada. Hanya onggokan batu raksasa saja yang mereka lihat. Gunung Pengamun-amun yang bertengger di dekat situ rompal dan irisan puncaknya menimpa seantero Legetan. Sementara desa lain yang ada di antara gunung dan Legetan aman-aman saja.

Tercatat 332 korban domestik dan 19 tamu dari luar desa. Lalu, siapa yang memindah irisan gunung itu?

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO