​11 Perempuan di PBNU, Sejarah Baru Menyongsong Satu Abad NU

​11 Perempuan di PBNU, Sejarah Baru Menyongsong Satu Abad NU Ubed Bagus Razali, S.H.I., Foto: BANGSAONLINE.com

Keterlibatan NU dalam menjaga perdamaian dunia, terutama dunia Islam, sebenarnya telah dilakukan sejak lama. NU mulai terlibat aktif dalam perdamaian dunia sejak tahun 1965 ketika KH Achmad Sjaichu dan KH Idham Chalid menjadi motor penggerak pelaksanaan Konferensi Islam Asia-Afrika (KIAA) di Bandung yang kemudian melahirkan Organisasi Islam Asia-Afrika (OIAA).

Kemudian, pada masa kepemimpinan Gus Dur, NU kembali menunjukkan perannya dalam menjaga perdamaian dunia dengan ikut serta dalam pendirian World Conference on Religion and Peace (WCRP). Jejak KH Achmad Sjaichu, KH Idham Chalid, serta Gus Dur tersebut kemudian diikuti oleh KH Hasyim Muzadi sebagai Ketua Umum PBNU dengan mengadakan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) untuk menghimpun para ulama Sunni serta Syiah moderat untuk mewujudkan perdamaian dunia. Selain itu, KH Hasyim Muzadi juga membentuk Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU di berbagai belahan penjuru dunia.

Kemudian, di bawah kepemimpinan KH Said Aqil Siradj PBNU, mengadakan International Summit of Moderete Islamic Leaders (ISOMIL). Acara yang mempertemukan ratusan ulama dari berbagai Negara untuk mencari format terbaik dalam mewujudkan dunia yang berkeadilan. Pasca acara tersebut para ulama dari Afghanistan berkunjung ke PBNU untuk melakukan studi banding mengenai konsep Islam Nusantara. 

Selanjutnya, para ulama dari Afghanistan memutuskan untuk mendirikan NU di Afghanistan sebagai percontohan organisasi Islam yang menebar perdamaian. Saat ini telah berdiri 40 (empat puluh) cabang NU yang tersebar di berbagai distrik Afghanistan. Dalam acara ISOMIL yang diadakan oleh PBNU pada tahun 2016 lalu, beberapa negara di Eropa juga menyatakan ketertarikannya mendirikan NU di negaranya sebagaimana yang dilakukan oleh para ulama dari Afghanistan.

Selain itu, masih ada nama Habib Lutfi bin Yahya dan KH Yahya Cholil Staquf. Habib Lutfi bin Yahya di tahun 2016 pernah mengadakan Konferensi Internasional Bela Negara dengan mengundang para ulama dari berbagai dunia. 

Acara itu adalah event kedua yang diselenggarakan Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mu'tabaroh an-Nahdliyyah (JATMAN) di bawah pimpinan Habib Lutfi bin Yahya, setelah sebelumnya di tahun 2012 sukses menggelar pertemuan ulama thoriqoh sedunia (Mutlaqa Sufi Al-‘Alami). Sedangkan, KH Yahya Cholil Staquf juga tercatat sebagai salah satu inisiator pendiri Bayt Ar-Rahmah Li adDa’wa Al-Islamiyah rahmatan Lil Al-alamin, institut keagamaan di California, Amerika Serikat, yang mengkaji Islam untuk perdamaian serta rahmat alam. 

Bahkan, KH Yahya Cholil Staquf kerap diundang menjadi pembicara internasional di luar negeri, seperti pada bulan Juni 2018 yang lalu diundang menjadi pembicara pada forum America Jewish Committee (AJC) di Israel. Dalam acara internasional tersebut KH Yahya Cholil Staquf mengkampanyekan konsep rahmat sebagai solusi untuk mengatasi konflik yang terjadi di dunia, termasuk konflik yang disebabkan oleh agama.

Hal yang sama juga pernah dilakukan Gus Yaqut Cholil Qoumas, Ketua Gerakan Pemuda Ansor, organisasi otonom di bawah naungan PBNU, dengan menyampaikan dukungan terhadap “the document on human fraternity for world peace and living together” (dokumen persaudaraan manusia untuk membangun perdamaian dan menciptakan kehidupan yang harmonis antar umat beragama) yang disepakati Paus Fransiskus dan Grand Syekh al-Azhar Mesir, Prof Dr Syekh Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyeb di Abu Dhabi pada tanggal 4 Februari 2019 yang lalu.

Melalui berbagai perhelatan diatas, para ulama NU tidak hanya berusaha menjadikan Islam sebagai ajaran yang universal, tetapi juga menggerakkan tokoh-tokoh agama internasional untuk mengerem laju radikalisme berbaju agama dan bergerak mewujudkan perdamaian dunia. 

Dengan masuknya 11 (sebelas) orang perempuan tangguh yang selama ini juga terlibat berbagai program kemanusiaan tingkat internasional dalam struktur kepengurusan PBNU, maka NU akan menjadi lebih solid. Sehingga, misi besar untuk membawa NU tampil ke pentas dunia akan menjadi lebih mudah digapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO