Tafsir Al-Hijr: Hakekat Keikhlasan
Editor: Revol
Jumat, 20 Maret 2015 00:44 WIB
BangsaOnline - Ali ibn Abi Thalib bertarung melawan seorang musuh kafir, duel, satu lawan satu. Dalam waktu singkat, musuh Allah itu berhasil dirobohkan, tapi belum terluka parah. Kafir itu terjatuh dalam posisi terlentang dan tak ada lagi sisa kekuatan untuk melawan mempertahankan diri. Didepannya, Ali sudah mengayunkan pedangnya untuk segera menebas dan menghabisi.
Si kafir itu pikir-pikir, dari pada mati lan-lanan tanpa perlawanan apa-apa, lebih baik mati dengan melawan sebisa-bisanya. Lumayan, untuk melampiaskan nafsu. Tiba-tiba si kafir itu meludah kencang sekali kearah depan hingga mengena ke wajah Ali. "Rasakan itu Ali", kata dia. Apa yang dilakukan Ali?.
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Spontan Ali merunduk dan menghentikan ayunan pedangnya, pertanda urung membunuh. Lalu membentak,: "Hai musuh Allah, segera bangun dan pergilah. Pergilah menjauh dariku". Si Kafir itu terperanjat tak percaya. Tapi karena melihat keseriusan Ali, maka dia bangun perlahan dan pergi. Ada apa di balik semua itu?
Simak berita selengkapnya ...