Tiongkok Ingin Jadi Tuan Rumah Piala Dunia, Tapi Sepak Bolanya Kalah Terus
Editor: mma
Selasa, 05 Oktober 2021 07:01 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Evergrande, perusahaan swasta di
Tiongkok yang punya utang terbesar menjadi perhatian wartawan kondang, Dahlan
Iskan.
Lalu apa hubungannya dengan piala dunia dan sepak bola? Simak tulisan wartawan asal Takeran Magetan itu di Disway pagi ini, Selasa 5 Oktober 2021. Di bawah ini BANGSAONLINE.com menurunkannya secara lengkap. Namun khusus pembaca BaBe, sebaiknya klik "lihat artikel asli" di bagian akhir tulisan ini. Sebab tulisan di BaBe banyak yang terpotong sehingga tak lengkap. Selamat membaca:
BACA JUGA:
Terima Dubes RRT untuk ASEAN, Gubernur Khofifah Bahas Peningkatan Kerja Sama di Pelbagai Bidang
Ganjar Tak Menyesal Tolak Timnas Israel, Telp Gubernur Bali soal Atlet Israrel di World Beach Games
Pemain asal Bali Mengaku Kecewa dan Malu soal Penolakan Timnas Israel di Piala Dunia U20
Amerika Ribut Larang TikTok, Wakil Rakyat Tak Pernah Main TikTok Ini Malah Menentang
Saya tunggu-tunggu itu. Tidak kunjung datang: Lehman Brothers versi Timur itu. Mungkin 30 Oktober depan. Atau, ramalan Barat itu ternyata meleset di Timur.
Minggu lalu memang terjadi lagi: dua utang Evergrande jatuh tempo. Gagal bayar. Nilai keduanya USD 130 juta (47 dan 83 juta). Dengan bunga sangat tinggi: 9,5 persen.
Tapi untuk bisa menyebut Evergrande bangkrut harus tunggu tanggal 30 Oktober depan.
Anda benar-benar sudah tahu yang kita bicarakan ini: Evergrande adalah perusahaan swasta di Tiongkok yang punya utang terbesar di dunia: USD 305 miliar. Kalau dirupiahkan terlalu banyak nol-nya.
Saking besarnya utang itu beberapa analis di Barat meramalkan kebangkrutan Evergrande bisa membuat keguncangan ekonomi Tiongkok. Mirip Lehman Brothers mengguncang Amerika-ketika sebagian besar dari Anda masih di suasana pengantin baru: tahun 2008.
Rupanya Tiongkok lebih takut keguncangan sosial. Kebangkrutan Evergrande bisa menimbulkan kemarahan masal. Terlalu banyak pensiunan yang menaruh uang mereka di saham Evergrande. Perusahaan itu memang go public di pasar saham Hong Kong dan Shanghai.
Demo sudah mulai terjadi di beberapa proyek properti Evergrande. Seorang ibu-seperti ditulis media di Tiongkok mendatangi kantor Evergrande setempat. Dia membawa pisau. Dia mengancam bunuh diri di kantor itu, saat itu juga. Dia mengatakan tidak punya apa-apa lagi. Semua tabungan dan pensiunnyi dibelikan saham di situ.
Pemerintah langsung turun tangan. Keuangan proyek itu diambil alih. Uang cicilan konsumen diblokir: harus hanya untuk menyelesaikan proyek. Tidak boleh untuk membayar utang.
Bank-bank lokal juga melonggarkan kredit kepada kontraktor. Agar proyek yang terkait dengan rakyat tadi teratasi.
Maka, minggu lalu, beberapa proyek mulai jalan lagi. Evergrande memang mempunyai hampir 2.000 proyek di seluruh Tiongkok. Bikin proyek gedung pencakar langit seperti membuka kafe saja. Evergrande punya proyek di 250 kota-sebut saja secara ngawur satu nama kota di Tiongkok, pasti mengandung proyek Evergrande.
Proyek pun mulai jalan lagi. Si pembawa pisau tidak jadi bunuh diri.
Proyek Evergrande yang juga harus tetap jalan adalah ini: stadion sepak bola. Di Guangzhou. Yang desainnya ajaib. Dilihat dari jauh bentuk stadion itu seperti kumpulan bunga teratai. Yang kalau malam warnanya bisa berubah mengikuti perubahan warna lampu. Biayanya Rp 20 triliun. Arsiteknya: Hasan Syed. Anda tidak boleh purapura lupa siapa ia. Begitu banyak proyek yang di desain Hasan Syed di Tiongkok. Serba monumental.
Nama besar Hasan Syed tidak kalah dengan arsitek wanita kelahiran Baghdad, Irag: Dame Zaha Mohammad Hadid. Arsitek wanita ini juga begitu laris di Tiongkok. Begitu banyak proyek Dame Zaha di berbagai kota besar di sana. Allahumaghfirlaha. Belum lama dia meninggal dunia.
Stadion Rp 20 triliun itu dibangun untuk menggantikan stadion raksasa yang menurut perasaan saya masih baru: dibangun menjelang Asian Games dilangsungkan di Tiongkok, 10 tahun lalu.
Evergrande memang serius menangani sepak bola. Klub Evangrande sering juara di sana. Mantan kiper Persebaya Zeng Cheng, pindah ke sana 8 tahun lalu "dan di awal musim ini Persebaya lebih banyak kalahnya.
Perusahaan raksasa Tiongkok memang berlomba terjun ke sepak bola. Itu terjadi sejak Xi Jinping begitu gelisah: kapan sepak bola Tiongkok bisa maju. Bisa seperti di Eropa atau Amerika Latin.
Tiongkok begitu ingin menjadi tuan rumah Piala Dunia. Tapi sepak bolanya kalah terus. Pun dari Jepang dan Korea.
Simak berita selengkapnya ...