Krisis, ​Ngecat Pesawat Kepresidenan, Jaya Suprana, dan Pertumbuhan Ekonomi Tergantung Order | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Krisis, ​Ngecat Pesawat Kepresidenan, Jaya Suprana, dan Pertumbuhan Ekonomi Tergantung Order

Editor: MMA
Selasa, 10 Agustus 2021 07:18 WIB

Dahlan Iskan. Foto: dok pribadi

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pertumbuhan ekonomi kita mengejutkan: 7,07 persen. Itu kalau dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu: minus 5,32 persen. Tapi ada yang bilang bahwa pertumbuhan itu kecil sekali dibanding negara lain. Misalnya Singapura (14 persen), India (17 persen) atau negara lain.

Tapi benarkah pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi bisa distel sesuai order? Silakan simak tulisan Dahlan Iskan, wartawan terkemuka itu di HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com, hari ini Selasa 10 Agustus 2021. Selamat membaca:

BARU sekarang saya tahu: mengapa di sekitar Lebaran lalu PSBB dilonggarkan selonggar-longgarnya.

Sampai tempat rekreasi seperti Ancol kebanjiran turis lokal. Sampai beredar foto viral di medsos pantai Ancol padat manusia. "Ini akan bisa seperti India," komentar di medsos saat itu. Prihatin. Ngeri. Kebayanglah apa yang belum lama terjadi di India. Ketika ratusan ribu orang melakukan ritual terjun ke sungai Gangga.

Lalu terjadilah gelombang kedua Covid-19 di sana. Pandemi gelombang dua itu begitu hebat. Sampai nama virusnya pun menakutkan: varian India –sebelum akhirnya nama itu diubah menjadi varian D.

Mengapa saat itu PSBB dilonggarkan? Saya membayangkan: seandainya saya presiden, apakah saya juga akan melonggarkan PSBB?

Jawabnya bisa ''iya'' dan bisa ''tidak''.

Pak Jokowi, sebagai presiden, kelihatannya juga berada di tengah-tengah: mudik dilarang tapi pulang kampung boleh.

Hasil pelonggaran PSBB saat itu terlihat sekarang: pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 menjadi positif. Bahkan positifnya sangat tinggi.

Mengejutkan banyak orang: 7,07 persen. Itu kalau dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu: minus 5,32 persen.

Siapa pun yang menjadi pemerintah saat Lebaran itu pasti berpikir keras: bagaimana menyelamatkan wajah ekonomi Indonesia. Yang sudah 4 kali kuartal tumbuh negatif. Berturut-turut.

Negatif dua kali saja sudah dikategorikan resesi. Apalagi sudah 4 kali.

Data itu akan hidup abadi: Indonesia tumbuh negatif 4 kali kuartal. Benar-benar bahaya. Tidak boleh lima kali. "Apa pun risikonya," mungkin begitu jalan pikiran pembuat skenario.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video