Konflik Internal, 70 Santri di Ngadiluwih Terlantar
Editor: Revol Afkar
Wartawan: Muji Harjita
Senin, 15 Maret 2021 14:59 WIB
Sementara itu, salah satu santri asal NTT, Don Dasilva Dona (17), mengaku sedih dengan kepindahannya dari pondok pesantren lama. Tapi Don Dasilva tetap mengikuti apa kata kiainya.
"Ketika kami diajak pindah ke sini, kami ya nurut saja. Karena memang belum ada bangunannya, ya kami harus membantu ikut angkat-angkat batu bata dan batako ini," kata Don Dasilva yang mengaku dari Kupang, NTT, itu.
Sedangkan Drs. Manon Kusiroto, Perangkat Desa Dukuh, Kecamatan Ngadiluwih, menjelaskan bahwa pihak desa akan mendukung pembangunan pondok pengganti, sebagai tempat para santri dalam menuntut ilmu.
"Tentu saja pihak desa menyarankan pengurus pondok pesantren untuk melengkapi syarat-syarat pendirian pondok, agar di kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," kata Manon.
Menurut Manon, selain wali santri yang mewakafkan sebagian tanahnya, ternyata para tetangga juga ikut mewakafkan tanahnya untuk membangun pondok.
"Warga juga banyak yang membantu dalam bentuk lain, seperti mengirim bahan material dan bahan makanan," pungkas mantan Ketua PPK Ngadiluwih itu. (uji/rev)