Tafsir Al-Kahfi 56-57: Omnibus Law, Me-neraka-kan atau Men-surga-kan? | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 56-57: Omnibus Law, Me-neraka-kan atau Men-surga-kan?

Editor: Redaksi
Kamis, 18 Februari 2021 23:15 WIB

Ilustrasi

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

56. Wamaa nursilu almursaliina illaa mubasysyiriina wamundziriina wayujaadilu alladziina kafaruu bialbaathili liyudhidhuu bihi alhaqqa waittakhadzuu aayaatii wamaa undziruu huzuwaan

Dan Kami tidak mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan; tetapi orang yang kafir membantah dengan (cara) yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak (kebenaran), dan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan apa yang diperingatkan terhadap mereka sebagai olok-olokan.

57. Waman azhlamu mimman dzukkira bi-aayaati rabbihi fa-a’radha ‘anhaa wanasiya maa qaddamat yadaahu innaa ja’alnaa ‘alaa quluubihim akinnatan an yafqahuuhu wafii aatsaanihim waqran wa-in tad’uhum ilaa alhudaa falan yahtaduu idzan abadaan

Dan siapakah yang lebih zalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka. Kendatipun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.

TAFSIR AKTUAL

Ayat sebelumnya mengisahkan betapa manusia itu merasa benar sendiri dan pandai beralasan. Meskipun sadar atas kekurangannya, atas kesalahannya, tapi karena gengsinya tinggi, dia lebih memilih berlagak dan sok-sok-an ketimbang mengakui kekurangannya. Tapi alasan itu tidak berguna apa-apa ketika di hadapan Tuhan nanti.

BACA JUGA: Tafsir Al-Kahfi 54-55: Manusia Banyak Alasan

Lalu ayat ini memaparkan peran para rasul yang diutus oleh Tuhan memberi pencerahan kepada umat. Memberi kabar baik bagi mereka yang patuh dengan imbalan surga dan kabar buruk bagi pendurhaka dengan penjara neraka. Lalu, apakah mereka percaya begitu saja?

Sabab nuzul ayat ini menuturkan bahwa para al-muqtasimin, kelompok elite Makkah, baik dari kalangan pendeta Yahudi maupun Nasrani yang biasa mendebat nabi Muhammad SAW, mencari-cari kesalahan al-qur’an dan memilah-milah. Ajaran yang sesuai dengan kemauannya didiamkan, sedangkan yang tidak, yang mengancam kedudukannya sebagai pemuka agama direndahkan.

Karena disiplin yang mereka miliki berbeda, maka mereka menuduh Rasulullah SAW sesuai kecenderungan masing-masing. Ada yang memvonis nabi sebagai penyihir. Hal itu karena ucapan beliau selalu benar-benar memukau dan membius pendengarnya, bak mantra-mantra.

Ada yang menuduhnya sebagai orang gila, karena apa yang disampaikan dianggap ngelantur. Ada yang menuduh beliau sebagai penyair, karena kata-katanya terangkai indah dan mempesona. Ada yang menganggap dukun, karena selalu mengetahui apa yang dirahasiakan oleh pendusta, di samping mesti terbukti apa yang beliau ramalkan dan lain-lain.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video