Berdoa 5 Tahun, Cuma Punya Rp 20 Juta, Kiai Asep Cerita Awal Dirikan Pesantren | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Berdoa 5 Tahun, Cuma Punya Rp 20 Juta, Kiai Asep Cerita Awal Dirikan Pesantren

Editor: Tim
Jumat, 25 Desember 2020 01:59 WIB

Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag, saat menceritakan sejarah mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah di Pacet, Mojokerto, usai melantik Pengurus PC Pergunu Aceh Besar, Kamis (24/12/2020).

ACEH BESAR, BANGSAONLINE.com - Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, M.Ag, mengaku berdoa selama 5 tahun sebelum menemukan tanah untuk mendirikan Pondok di Pacet, Mojokerto, Jawa Timur.

"Saya hanya punya uang Rp 20 juta," kata Kiai Asep saat jadi pembicara dalam Pelantikan dan Seminar Nasional PC Pergunu Aceh Besar, Kamis (24/12/2020).

Hadir dalam acara itu, Ketua PWNU Aceh Tgk H. Faisal Ali yang sekaligus membuka acara.

Kiai Asep yang dikenal sebagai ulama miliarder tapi dermawan ini bercerita, saat itu hanya berdoa dan tak berusaha untuk mencari tanah. "Saya hanya berdoa agar diberi tanah di pinggir jalan, ada airnya mengalir dan jaraknya kira-kira satu jam dari Surabaya," kata Kiai Asep di depan para guru dan pengurus PC Pergunu Aceh Besar yang baru dilantik.

Ternyata, tutur Kiai Asep, seorang temannya mengajak ke Pacet Mojokerto. Temannya itu menunjukkan ada tanah yang akan dijual. Kiai Asep merasa cocok. "Semua kriteria dalam doa saya kok ada semua," tutur Kiai Asep.

Menurut Kiai Asep, si pemilik tanah menawarkan harga Rp 500 juta. "Ya saya iyakan saja. Saya gak nawar. Wong saya gak punya uang. Saya hanya punya uang Rp 20 juta. Masak gak punya uang nawar," tutur Kiai Asep sembari tertawa.

Di luar dugaan, si pemilik tanah ternyata mau menerima uang yang cuma Rp 20 juta itu. Sisanya, kata Kiai Asep, ditambahi mobil Kijang yang baru dikredit. Mobil itu seharga Rp 155 juta. Tapi oleh Kiai Asep dihargai Rp 135 juta.

"Sisanya saya janji satu tahun," tuturnya.

Dari tanah itulah, Kiai Asep lalu mendirikan pondok pesantren yang kemudian diberi nama .

Saat itu, kata Kiai Asep, sedang gandrung-gandrungnya orang mendirikan Rintisan Sekolah atau Madrasah Bertaraf Internasional. Tapi Kiai Asep tak pakai istilah rintisan. Tapi langsung Sekolah Bertaraf Internasional.

Padahal, kata Kiai Asep, papan namanya kayak papan nama NU tingkat ranting.

Murid awal jumlahnya 48 orang. Semula 49 orang. "Tapi satu orang mengundurkan diri," kata Kiai Asep. Para murid itu pintar-pintar.

Sehingga sekolah yang didirikan Kiai Asep banyak menarik minat para orang tua untuk menyekolahkan di pesantren yang baru berdiri itu.

"Saya akhirnya menyewa rumah penduduk untuk ruang kelas baru," tutur Kiai Asep sembari menegaskan bahwa rumah itu seperti kandang ayam karena gak ditempati.

Ternyata inilah awal sukses Kiai Asep. Hanya dalam waktu sekejap, santrinya membludak.

"Sekarang baru 14 tahun. Tapi santri saya sudah 12 ribu orang. Di Surabaya 2.000. Di Pacet 10.000," tutur Kiai Asep yang disambut tepuk tangan.

Lalu apa kunci sukses Kiai Asep dalam mengelola pendidikan? "Akhlak," kata Kiai Asep. Yaitu akhlak al-Quran.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video