Kadin Jatim Sepakat Tekan Prevalensi Perokok Anak | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kadin Jatim Sepakat Tekan Prevalensi Perokok Anak

Editor: Nizar Rosyidi
Wartawan: Nanang Fachrurrozi
Senin, 28 September 2020 21:27 WIB

Lokakarya Membangun Kebijakan Strategis dalam Menekan Jumlah Perokok Anak yang digelar di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Senin (28/9/2020). (foto: ist).

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur bersepakat untuk bersama-sama menekan prevalensi pe anak yang terus mengalami kenaikan, terutama di masa pandemi Covid-19.

Ketua Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto menyatakan bahwa sejauh ini Kadin Jatim sangat peduli terhadap kondisi kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan anak-anak. Untuk itu, Kadin Jatim sangat terbuka atas temuan Koalisi Stop Child Abuse yang terdiri dari Alit Indonesia, ISNU, KP2M, Komunitas Siwi, dan Gusdurian Sidoarjo. Temuan tersebut menunjukkan adanya kenaikan prevalensi pe anak di masa pandemi.

"Kalau kita bicara , yang punya pabrik saja tidak ingin anaknya yang kecil me. Begitu juga pekerjanya. Termasuk pedagang-pedagang kecil eceran saya pastikan mereka tidak mau anak-anaknya me. Tentu ini akan mencari titik temu. Dari industri juga tidak mau anak-anaknya me di usia dini. Jadi dengan adanya ini, kita bisa bersama-sama dengan Alit Indonesia untuk membicarakan kebijakan strategis apa yang harus ditempuh," ujar Adik Dwi Putranto saat Lokakarya Membangun Kebijakan Strategis dalam Menekan Jumlah Pe Anak yang digelar di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Senin (28/9/2020).

Adik yakin, industri sudah melaksanakan aturan-aturan pemerintah. Pengemasan misalnya, juga sudah dituliskan sesuai aturan. "Jadi Alit dan Kadin ini napas dan energinya sama, kita rumuskan dan buat kajian-kajian bagaimana mengurangi pe anak," tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Alit Indonesia, Yuliani Umrah mengatakan bahwa Koalisi Stop Child Abuse yang terdiri dari Alit Indonesia, ISNU, KP2M, Komunitas Siwi dan Gusdurian Sidoarjo telah melakukan survei tentang pe anak selama pandemi. Dari survei tersebut, diketahui bahwa prevalensi pe anak di masa pandemi mengalami kenaikan.

"Kami ingin mengajak berpikir bersama dengan adanya temuan tersebut. Kalau kemudian kami hanya menemukan 500 anak yang menjadi pe, besar kemungkinan jumlah tersebut lebih dari seribu atau bahkan sepuluh ribu anak yang menjadi pe. Bahwa tujuan kami tidak ingin bermusuhan dengan Kadin dan Gapero tetapi fakta temuan tersebut harus dipikirkan bersama agar dapat menentukan langkah bersama ke depan seperti apa. Harapan kami ke depan, kita satu suara ke pemerintah pusat bagaimana mengatur kebijakan selanjutnya," ujar Yuli.

Ia menyadari bahwa isu pe anak sejauh ini selalu pro dan kontra. Namun Alit ingin menemukan satu titik di mana harus dibuat langkah strategis secara bersama. Karena 500 anak yang sudah berbicara tersebut telah mewakili ribuan anak yang bisa diselamatkan akibat .

Tim Baseline Survey Koalisi Stop Child Abuse, Lisa Febriyanto menjelaskan, selain kenaikan prevalensi pe anak, hasil survei yang dilakukan di 5 regional state, yakni Surabaya, Sidoarjo, Malang Raya, Jember-Banyuwangi, dan D.I. Yogyakarta tersebut juga menunjukkan bahwa tempat yang paling banyak digunakan untuk me adalah warung kopi.

"Kebetulan saat itu pada saat kondisi pandemi, anak-anak tidak ada kegiatan sekolah tatap muka, sehingga banyak menggunakan WiFi dan belajar online di warung kopi tetapi di sana mereka juga me," ujar Lisa.

Survei yang dilakukan juga melihat atau berkaca pada aturan tentang . Tahun 2019, kebijakan cukai menetapkan kenaikan harga hingga 35 persen dengan kenaikan beragam. Tetapi dari beberapa aturan yang ada, koalisi juga menemukan bahwa ada kebijakan Dirjen Bea dan Cukai Nomor 37 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau yang menyatakan bahwa produsen dapat menjual (HJE) di bawah 85 persen dari banderol asal dilakukan tidak lebih dari 40 kota yang disurvei Kantor Bea dan Cukai.

"Kami berusaha melihat bagaimana kebijakan ini dilaksanakan, langkah tindak lanjut seperti apa untuk bersama-sama dipikirkan bagi anak Indonesia," ujarnya.

Wakil Ketua Bidang Cukai dan Pemberdayaan Perempuan Kadin Jatim, Sulami Bahar yang juga menjadi Ketua Gabungan Pengusaha Rokok (Gapero) Surabaya mengatakan tertarik dengan hasil penelitian. Karena baru kali ini survei prevalensi pe anak yang tidak berseberangan dengan industri dan tidak memojokkan industri.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

 Tag:   rokok kadin jatim

Berita Terkait

Bangsaonline Video