Tafsir Al-Kahfi 23-24: Teologi "In Sya' Allah" | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 23-24: Teologi "In Sya' Allah"

Editor: Redaksi
Sabtu, 20 Juni 2020 01:01 WIB

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

23. Walaa taquulanna lisyay-in innii faa’ilun dzaalika ghadaan

Dan jangan sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi,”

24. illaa an yasyaa-a allaahu waudzkur rabbaka idzaa nasiita waqul ‘asaa an yahdiyani rabbii li-aqraba min haadzaa rasyadaan

kecuali (dengan mengatakan), “Insya Allah.” Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepadaku agar aku yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.”

TAFSIR AKTUAL

Ayat kaji ini disinyalir sebagai teguran Tuhan kepada Rasulullah SAW yang menyanggupi akan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang kafir Makkah. Mereka itu bawel banget dan semaunya mengerjai Rasulullah SAW. Dalam suatu kerumunan, para kafir itu menohok: "Hai Muhammad, jika kamu nabi beneran, beri kami penjelasan tentang Ruh".

Sejatinya Nabi tidak punya ilmu soal ruh, tapi pede sekali, bahwa Allah SWT pasti akan segera memberi tahu melalui wahyu. "Oke, besok akan saya jelaskan," jawab Nabi tegas sekali. Nah, pada jawaban itu, Nabi tidak menyertakan kalimah teologis "insya Allah" (jika Allah menghendaki). Itu artinya, nabi mengandalkan dirinya sendiri dan menafikan peran Tuhan. Jadinya?

Tuhan "tersinggung" dan sejak hari itu hingga lima belas hari ke depan, malaikat Jibril A.S. diistirahatkan dan wahyu tidak turun. Waw, Rasulllah SAW gelisah bukan main karena cemooh orang-orang kafir makin menjadi-jadi. "Muhammad bohong, Tuhan Muhammd tidak menggubris lagi dan lain-lain".

Lalu ayat ini turun sebagai teguran sekaligus pelajaran bagi umat beriman. Juga penjelasan soal wahyu diturunkan, dan akhirnya, tuntaslah masalah. Untuk itu, jika membuat pernyataan hendak mengerjakan sesatu esok hari atau nanti, maka ucapkanlah "in sya' Allah". Boleh ditaruh setelah pernyataan atau sebelumnya. Saya besok mau ke Surabaya, in sya' Allah. Atau, in sya' Allah saya besok mau ke surabaya.

Berucap "in sya'Allah" memang ibadah berpahala. Selain merupakan kiprah kepasrahan kepada kehendak Yang Maha Kuasa, juga sebagai pengakuan mendalam atas kelemahan diri sebagai seorang hamba.

Tapi harus diingat, bahwa 'Istitsna'" (in sya' Allah) tersebut harus diposisikan pada persoalan yang tepat. Ini penjelasannya:

Pertama, Istitsna' hanya untuk perkara yang belum terjadi, yang akan dilakukan. Karena kata "IN.." (jika) itu untuk waktu mendatang. Sedangkan perkara yang sudah terjadi atau sudah lewat, maka tidak pas dibubuhi kata istitsna'.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video