Curhatan Keluarga Almarhum dr. Hilmi Wahyudi yang Meninggal di Tengah Tugas Melawan Pandemi Covid-19 | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Curhatan Keluarga Almarhum dr. Hilmi Wahyudi yang Meninggal di Tengah Tugas Melawan Pandemi Covid-19

Editor: Revol Afkar
Wartawan: Syuhud
Kamis, 04 Juni 2020 14:48 WIB

dr. Hilmi Wahyudi (kiri) semasa hidup foto bersama keluarga. foto: ist.

GRESIK, BANGSAONLINE.com - Di tengah wabah yang belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda, ada kabar mengharukan dari tenaga medis yang selama ini menjadi garda terdepan dalam menangani pasien terpapar .

Kabar itu datang dari keluarga almarhum dr. Hilmi Wahyudi, yang selama Kabupaten dilanda pandemik virus Corona () berjibaku melawan dan memerangi wabah tersebut.

dr. Hilmi Wahyudi, yang bertugas di Rumah Sakit (RS) Mabarrot MWC NU Bungah dan RS. Fathma Medika, Sembayat Kecamatan Manyar ini, meninggal akibat penyakit diabetes yang dideritanya. Ia meninggal di saat dirinya menjalankan tugas membantu pemerintah dalam memerangi .

Hal ini diungkapkan oleh Richard (16), putra tertua almarhum. "Ayah saya bekerja keras menjalankan tugas membantu pemerintah dalam melawan sebaran virus Corona sebelum meninggal," ujar Richard mendampingi ibunya, Dewi Anggrahani (37), Istri almarhum mengawali ceritanya kepada BANGSAONLINE.com, Kamis (4/6).

Richard mengungkapkan, kalau semasa hidup, ayah dan keluarga tinggal di Jalan Madiun No. 10, Kota Baru (GKB) Desa Yosowilangun Kecamatan Manyar. "Ayah sebagai dokter bertugas di RS Mabarrot MWC NU Bungah dan RS. Fathma Medika Sembayat," ungkapnya.

Ia kemudian menceritakan kesederhanaan hidup ayahnya meski menyandang status dokter. Yakni, setiap hari berangkat kerja dengan naik motor. Padahal, jarak antara rumahnya dengan RS Mabarrot MWC NU Bungah dan RS Fathma Medika Sembayat mencapai puluhan km.

"Jarak tempuh yang cukup jauh dari GKB ke Bungah, membuat ayah harus sering menginap di tempat tugas apabila kondisi hujan," ungkapnya

Dikatakan Richard, kesibukan ayahnya sebagai seorang dokter untuk melayani masyarakat sangat melelahkan. Terlebih, saat pandemi virus melanda di Kabupaten .

"Meski ayah sakit, tapi sangat bertanggungjawab dalam bertugas melayani pasien dan membantu menangani pasien ," terangnya.

Kerja keras inilah yang juga membuat penyakit ayahnya kian parah, sehingga fisiknya juga semakin melemah. Richard mengungkapkan, bahwa 3 bulan terakhir kondisi fisik ayahnya mulai melemah setelah penyakit diabetesnya kambuh dan harus cuci darah seminggu 2 kali (Selasa dan Jum’at). "Dengan memakan waktu 4 jam setiap sekali cuci darah di RS Ibnu Sina ," ungkap Ricahrd.

Ayah Richard akhirnya drop pada hari Rabu, 27 Mei 2020. "Ayahku Jatuh sakit, Mas. Ayahku lemas dan merasakan kesakitan di perutnya," ungkapnya.

dr. Hilmi kemudian menjalani rapid test. "Hasilnya, dinyatakan non reaktif atau negatif Covid -19. Tapi kondisi ayah saya kian parah," imbuhnya.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video