Tafsir Al-Isra 101-102: Menteri RI, Serba Mampu Apa Serba Mau?
Editor: Redaksi
Senin, 27 April 2020 01:04 WIB
Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*
101. Walaqad aataynaa muusaa tis’a aayaatin bayyinaatin fais-al banii israa-iila idz jaa-ahum faqaala lahu fir’awnu innii la-azhunnuka yaa muusaa mashuuraan
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Dan sungguh, Kami telah memberikan kepada Musa sembilan mukjizat yang nyata maka tanyakanlah kepada Bani Israil, ketika Musa datang kepada mereka lalu Fir‘aun berkata kepadanya, “Wahai Musa! Sesungguhnya aku benar-benar menduga engkau terkena sihir.”
102. Qaala laqad ‘alimta maa anzala haaulaa-i illaa rabbu alssamaawaati waal-ardhi bashaa-ira wa-innii la-azhunnuka yaa fir’awnu matsbuuraan
Dia (Musa) menjawab, ”Sungguh, engkau telah mengetahui, bahwa tidak ada yang menurunkan (mukjizat-mukjizat) itu kecuali Tuhan (yang memelihara) langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata; dan sungguh, aku benar-benar menduga engkau akan binasa, wahai Fir‘aun.”
TAFSIR AKTUAL
Ayat kaji sekarang ini (101 dan 102) membicarakan soal karakter Fir'aun yang ter-cover saat dialog dengan Musa A.S. Musa yang dianugerahi Tuhan sembilan ayat sakti, sehingga membuat Fir'aun kebakaran jenggot dan menuding Musa sebagai penyihir. Dengan tenang Musa membalik: "Bukankah engkau sudah tahu, bahwa itu dari Tuhan...". Jadi, sejatinya Fir'aun itu gengsinya besar dan lihai berpura-pura.
Adalah hak seseorang untuk membentuk dirinya sendiri, menentukan sikap dan mau menjabat apa. Hanya saja faktor kemampuan, kelayakan, dan kepatutan atau sisi Syakilah (skill) dan Makanah (space) mesti diperhatikan. Utamanya ketika seseorang mengemban amanah rakyat, maka itu menjadi mutlak, tidak asal merasa bisa.
Sifat dasar manusia itu "multi talenta", bisa ini dan bisa itu. Apalagi pola kurikulum dasar negeri ini yang sifatnya "tahu sedikit dalam banyak hal dan bukan tahu banyak dalam sedikit hal". Setelah diasah lebih lanjut dan dikhususkan, maka baru menjadi spesifikasi dan ahli.
Simak berita selengkapnya ...