Tafsir Al-Isra 94-96: Nabi Juga Bukan Malaikat | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Isra 94-96: Nabi Juga Bukan Malaikat

Editor: Redaksi
Sabtu, 25 April 2020 23:59 WIB

Ilustrasi.

Oleh: Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag*

94. Wamaa mana’a alnnaasa an yu/minuu idz jaa-ahumu alhudaa illaa an qaaluu aba’atsa allaahu basyaran rasuulaan

Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman ketika petunjuk datang kepadanya, selain perkataan mereka, “Mengapa Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?”

95. Qul law kaana fii al-ardhi malaa-ikatun yamsyuuna muthma-inniina lanazzalnaa ‘alayhim mina alssamaa-i malakan rasuulaan

Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya di bumi ada para malaikat, yang berjalan-jalan dengan tenang, niscaya Kami turunkan kepada mereka malaikat dari langit untuk menjadi rasul.”

96. Qul kafaa biallaahi syahiidan baynii wabaynakum innahu kaana bi’ibaadihi khabiiran bashiiraan

Katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu sekalian. Sungguh, Dia Maha Mengetahui, Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”

TAFSIR AKTUAL

Ayat kaji kemarin (90-93) berkisah tentang enam tuntutan fantastis dari kaum kafir terhadap Rasulullah SAW dengan dalih agar mereka mantap, lalu beriman. Tuntutan itu sesungguhnya lebih pada ulah keingkaran dan bukan jalan menuju keimanan. Maka Tuhan menjawab, bahwa Nabi itu hanya manusia biasa, tidak mungkin bisa segalanya.

Lalu ayat kaji ini menambahi, bahwa jika petunjuk (al-huda) itu datang kepada seseorang, maka nuraninya pasti menerima. Itu alamiah. Tetapi bagi yang kafir akan punya banyak alasan untuk menolak. Salah satu penolakannya adalah kepura-puraan tidak tahu, bahwa Allah SWT sudah mengutus Rasul yang membimbing. Lebih lagi dikatakan: "Lho, apakah Allah mengutus Rasul dari kalangan manusia?"

Mereka mempersoalkan seorang Rasul dari kalangan manusia, karena mau mereka Rasul itu dari kalangan malaikat. Manusia menjadi Rasul untuk manusia dianggapnya kurang prestisius dan tidak level.

Kemudian dijawab oleh ayat berikutnya (95), cobalah dipikir secara sehat, apa mungkin masyarakat manusia yang kasat mata, yang fisis dipimpin oleh malaikat yang tidak terlihat dan non fisis? Terus komunikasinya gimana? Kurikulum kehidupan manusia juga tidak sama dengan kurikulum malaikat.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video