Penempatan Monumen Tugu Lontar di Perempatan Kebomas Salah Alamat
Editor: Nur Syaifudin
Wartawan: Syuhud
Sabtu, 04 Januari 2020 14:59 WIB
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Gilang Adiwidya (45), Anggota Perkumpulan Kaum Giri/Makam Sunan Giri menilai keberadaan Monumen Tugu Lontar di perempatan Kebomas Gresik salah alamat. Alasannya, penempatan Tugu Lontar tersebut tak mencerminkan sejarah wilayah Kebomas, khususnya Giri.
"Seharusnya, yang dibangun Kerbau Emas yang dinaiki bocah (anak, Red) bercaping," ujar Gilang Adiwidya kepada BANGSAONLINE.com, Sabtu (4/1).
BACA JUGA:
Bupati Gresik Salurkan Santunan dari Baznas untuk 1.000 Anak Yatim
Pj Gubernur Jatim Pastikan Bantuan untuk Korban Gempa di Bawean Terpenuhi
5 Kecamatan di Gresik Terdampak Gempa, 5.333 Bangunan Rusak dan 7 Warga Terluka
Bupati Gresik Lantik Zainul Sebagai Kadisnaker dan Sukardi Jadi Kepala BPBD
Gilang menceritakan sejarah Kebomas, adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gresik yang berdekatan dengan pusat pemerintahan Kota Gresik. Dikatakan Gilang, Desa Giri terkenal karena keberadaan Makam Sunan Giri, sedangkan Desa Sidomukti terkenal adanya Situs Cagar Budaya "Giri Kedaton" atau Tempat Pilihan Sunan Giri.
Menurut Gilang, nama 'Emas' di kata 'Kebomas' karena melihat masa kejayaan pengrajin emas di Desa Giri Kebomas. Di Giri, ada dua posisi pengrajin emas yaitu Juragan dan Porang. Juragan adalah pengrajin yang punya emas sendiri untuk dikerjakan sendiri sesuai pesanan.
"Sehingga, jika dilihat secara spiritual, maka bisa kita dapatkan ilmu karomah Kanjeng Sunan Giri pada masa memimpin Raja Giri ketika berhadapan dengan Raja Brawijaya," katanya.
"Pada saat Sunan Giri berkeinginan untuk menaklukkan kerajaan Majapahit, namun Raja Majapahit bernama Raja Brawijaya menantang Sunan Giri untuk menunjukkan seberapa pantas kerajaan Giri Kedaton menaklukkan kerajaan besar seperti Kerajaan Majapahit. Kemudian, atas kuasa Allah SWT, di daerah sekitar Telaga Pegat terdapat seekor kerbau Bule (warna bulu keemasan) yang dijadikan oleh Kanjeng Sunan Giri menjadi Kerbau berwujud Emas," cerita Gilang.
Melihat hal itu, lanjut Gilang, Raja Brawijaya berpikir, satu ekor kerbau saja dapat disulap menjadi berkuintal-kuintal emas, sedangkan di sekitar Kerajaan Giri banyak sekali terdapat kerbau. Jika semua kerbau disulap menjadi emas, maka tidak akan dapat terhitung kekayaan Kerajaan Giri.
Simak berita selengkapnya ...