Di Hadapan Ratusan Kiai, Khofifah Tegaskan Tak Mau OPD Jatim Korupsi karena Relawan
Editor: Tim
Kamis, 19 Desember 2019 20:41 WIB
MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menegaskan tak ingin Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Jawa Timur korupsi gara-gara melayani permintaan para relawan yang mendukungnya saat pemilihan gubernur. “Saya tidak mau OPD saya korupsi karena relawan minta kepada OPD,” tegas Gubernur Khofifah dengan nada tinggi saat membuka Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan ke-2 Tahun 2009 di Guest House Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) Pondok Pesantren Amanatul Ummah Pacet Mojokerto Rabu malam (18/12/2019).
Penegasan itu disampaikan Khofifah merespons pidato Dr KH Asep Saifuddin Chalim, penasehat JKSN yang juga pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto. Saat sambutan, Kiai Asep Saifuddin Chalim mengaku mendapat keluhan dari para relawan pendukung Khofiffah Indar Parawansa dalam pilgub Jatim.
BACA JUGA:
Pesan Pj Gubernur Jatim saat Terima Penghargaan dari Mendagri di Hari Otoda 2024
Khofifah Jadi Satu-satunya Gubernur Penerima Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha
Jokowi Dikabarkan Batal Hadir Peringatan Otoda XXVIII di Surabaya
Raih SPM Awards 2024, Adhy Karyono: Jadi Motivasi dan Cambuk bagi Pemprov Jatim
“Saya tampung dan keluhan itu saya minta cukup disampaikan kepada saya. Nanti saya yang akan menyampaikan kepada Ibu Khofifah. Nanti Ibu Khofifah akan jawab,” kata Kiai Asep.
Khofifah lalu minta agar para relawan tidak salah dalam memandang dirinya. “Saya tak pernah mencalonkan gubernur,” tegas Gubernur Khofifah. Ia justru diminta oleh para kiai agar mau dicalonkan gubernur.
Ia lalu menjelaskan kronologis saat dicalonkan sebagai gubernur. Menurut dia, awalnya KH Hasyim Muzadi (mantan ketua umum PBNU) dan KH Fawaid Syamsul Arifin (pengasuh Pondok Pesantren Sukorejo Situbondo) memanggil Khofifah. Dua kiai itu minta agar Khofifah mau dicalonkan gubernur. “Saya jelaskan, saya ndak punya ini, ndak punya ini dan seterusnya,” kata Khofifah.
(Peserta Sertifikasi Pembimbing Manasik Haji Profesional Angkatan ke-2 Tahun 2009 di Guest House Institut KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto Rabu malam (18/12/2019). foto: bangsaonline.com)
Tapi karena ditugasi para kiai, maka Khofifah manut. “Kalau ditugasi saya tipenya all out,” kata Khofifah. Ia juga menceritakan kapatuhannya saat diperintah Gus Dur pindah dari PPP masuk PKB.
“Saya ke PKB itu mundur dari DPR. Jadi saya bukan cari DPR. Saya mundur dari DPR karena dipanggil Gus Dur,” tegas Khofifah. Ia mengaku sudah minta kepada Gus Dur agar bisa jadi anggota DPR dari PPP sampai akhir jabatan. Gus Dur menjelaskan bahwa Khofifah ada di PPP itu mewakili NU. Sekarang NU mendirikan partai sendiri yaitu PKB, maka Khofifah harus masuk PKB. Khofifah pun patuh.
Begitu juga saat Khofifah ditunjuk sebagai menteri oleh Presiden Gus Dur. Awalnya Khofifah mengaku menolak. Bahkan ia sempat menelepon Alwi Shihab agar tak dijadikan menteri. “Jadi mungkin saya yang menolak jadi menteri. Orang lain ingin jadi menteri,” kata Khofifah.
Akhirnya Khofifah tetap patuh kepada Gus Dur. “Tak mungkin saya membantah. Tidak saja karena Gus Dur seorang presiden, tapi juga ketua umum PBNU. Beliau seorang kiai besar,” kata Khofifah.
Khofifah juga mengungkap saat jadi calon gubernur ketiga kalinya. Ia mundur dari menteri, bukan karena peraturan. Tapi karena jadi calon gubernur harus lahir batin. “Jadi saya harus mundur dari menteri, bukan cari gubernur, sedang yang lain ingin jadi menteri,” tegas Khofifah.
Simak berita selengkapnya ...