Setelah Ratusan Tahun, Pertama Kali Pusaka Reog Ponorogo Dipertunjukkan dalam Kirab Pusaka di Jember
Editor: Revol Afkar
Wartawan: M. Didi Rosadi
Sabtu, 23 Maret 2019 23:08 WIB
JEMBER, BANGSAONLINE.com - Kirab Pusaka Reog asli Ponorogo sudah berlalu sepekan lalu. Namun sejumlah pihak hingga kini masih memberikan apresiasi yang tinggi terhadap komunitas seniman dan warga Ponorogo yang hidup di Jember atas keberhasilan menggelar Kirab Pusaka Reog untuk kali pertama sebagai proses penggalian kembali nilai-nilai tradisi seputar kesenian reog.
Miftakhul Rahman yang dikenal dengan panggilan Mas Memet, seorang budayawan asal Jember mengungkapkan bahwa gelar budaya Reog dan Kirab Pusaka Reog asli Ponorogo ini tidak lepas dari tangan dingin sosok mantan Pj Bupati Jember periode 2010-2011, Zarkasih.
BACA JUGA:
Di Jakarta, Bupati Jember Kenalkan Pandalungan
Lestarikan Budaya dan Wisata, Pemkab Jember Gelar Lomba Pantun
Meriahkan Hari Jadi ke-78 Jawa Timur, Bakorwil Madiun Gelar Mataraman Art Festival 2023
Gubernur Khofifah Apresiasi Kirab Budaya Grebeg Tutup Suro di Ponorogo
"Saya menganggap inisiasi ini sebagai upaya mengungkap nilai-nilai kultural adiluhung yang tersirat dalam kepribadian bangsa Indonesia," ungkap Mas Memet kepada wartawan, Sabtu (23/3) malam.
Suharto, Dosen Fakultas Ilmu Budaya dan Bahasa Universitas Jember menyatakan bahwa pertunjukan seni budaya reog di Jember ini sudah berurat berakar cukup lama. Terbukti dengan keberadaan 25 grup reog di wilayah Jember Selatan yang menunjukkan eksistensi sub kultur ponoragan-warga masyarakat Jember bagian Selatan.
"Dengan adanya kirab pusaka reog serta kehadiran para seniman reog beserta para warog asli Ponorogo ke Jember ini sangat menggembirakan sekali. Faktanya tanggapan publik saat acara itu digelar meski sempat hujan sangat antusias hingga jalanan di Balung macet. Silaturahmi seniman ini mesti berlanjut terus," kata Suharto yang biasa dipanggil Mak Endon atau Mas Gendon.
Di sisi lain, Setyo Hadi, sejarawan yang saat ini getol meneliti dan menulis sejarah Sadeng-Jember yang juga Alumnus Universitas Indonesia itu memberikan tanggapan positif dengan rangkaian agenda seni warga Panoragan dan seniman reog asal Ponorogo, khususnya keberadaan Kirab Pusaka Reog yang baru pertama kali terjadi itu.
"Saya sungguh sangat menyesal tidak bisa hadir karena ada acara di Malang. Padahal peristiwa ini [Kirab Pusaka Reog asli Ponorogo] merupakan peristiwa langka, bahkan di Ponorogo saja belum pernah dilakukan. Sungguh peristiwa civil over yang menakjubkan dengan dibingkai silaturahim," kata Setyo Hadi.
Simak berita selengkapnya ...