Khofifah Ajak IWAPI Turunkan Angka Kemiskinan di Jatim
Editor: Revol Afkar
Wartawan: M Didi Rosadi
Senin, 11 Maret 2019 21:55 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) untuk bersinergi dan membantu program-program Pemprov Jawa Timur dalam menurunkan angka kemiskinan terutama di pedesaan.
"Angka kemiskinan di pedesaan kita paling tinggi di Pulau Jawa yakni 15,1 persen, dan ini jauh di atas rata-rata nasional. Saya merekomendasikan IWAPI berkenan blusukan ke desa-desa dan melakukan pendampingan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)," katanya saat menghadiri Peringatan HUT IWAPI ke-44 yang diselenggarakan DPD IWAPI Jatim di Hotel Mercure Grand Mirama Surabaya, Senin (11/3).
BACA JUGA:
Jenazah Kiai Roziqi Disalatkan di Masjid Akbar, Khofifah 3 Kali Minta Kesaksian Jemaah
Masjid Tertua di China Tak Ditempati Salat, Kenapa? Laporan M Mas'ud Adnan dari Tiongkok (3)
CEO BANGSAONLINE Dicegat Pramugari dan Petugas Imigrasi di Bandara Fuzhou, Laporan dari Tiongkok
Sempatkan Beli Takjil pada Penjual Makanan Sepi Pembeli, Taushiah Kiai Afif ini Direspon Khofifah
Menurutnya, IWAPI bisa mengajak kepala keluarga perempuan yang kurang mampu terutama di pedesaan, untuk ikut program pemberdayaan ekonomi. Mereka bisa diberikan pelatihan atau pendampingan dalam bidang kewirausahaan. Dirinya meminta agar program pemberdayaan ekonomi ini difokuskan ke-10 kabupaten di Jatim yang terendah status sosialnya.
"Kalau perempuan dengan perempuan kan tahu habitnya, tahu kemungkinan feelingnya, tahu di saat-saat mana proses pelatihan skill wirausaha ini bisa dilakukan, terutama bagi kepala keluarga kurang mampu," kata orang nomor satu di Jatim ini.
Gubernur Khofifah menjelaskan, program penurunan angka kemiskinan ini salah satunya bisa dilakukan melalui hal mendasar yakni melalui pendidikan. Ia berharap, IWAPI ikut menyisir masyarakat di pedesaan terutama yang belum mengikuti program Kejar Paket, baik A, B maupun C. Hal ini penting mengingat sebagian besar pekerja adalah tidak terlatih (unskilled), serta sebanyak 49 persen lulus SD atau tidak lulus SD dan 18 persen lulus SMP atau tidak lulus.
Simak berita selengkapnya ...