Sumamburat: Tarian di Reruntuhan
Editor: Redaksi
Wartawan: --
Kamis, 11 Oktober 2018 13:39 WIB
Oleh: Suparto Wijoyo*
DUKA menggumpalkan kisah sekaligus narasi cerita yang bersambung membalutkan tragedi lingkungan dan kemanusiaan yang tiada terperikan. Beribu-ribu orang yang menjadi korban gempa di Palu maupun Donggala menyayatkan perihnya luka dan sesaknya nestapa yang tertindih sampai hari ini. Reruntuhan rumah, gedung dan bangunan masih terserak membentuk formasi yang tidak dapat dibaca maknanya selain kesengsaraan. Air mata menetes mengalirkan sapa yang berkembang menjadi sungai peradaban yang menghanyutkan apapun yang punya rasa. Anak-anak negeri ini lantas terpanggil menggalang dana bantuan dan seruan doa serta helatan shalat ghaib untuk mereka yang menghadap Tuhan lebih cepat dari yang diperkirakan. Para relawan datang dengan kesugguhan.
BACA JUGA:
Songsong MTQ ke-XXX Jatim, Gus Ipul Ajak Siswa SMKN 1 Wujudkan Pasuruan Kota Madinah
Sambut MTQ Jatim XXX, Pemkot Pasuruan Gelar Lomba Paduan Suara
Buka Lomba Drumband, Gus Ipul Ajak Warga Kota Pasuruan Bersama-sama Jadi Tuan Rumah MTQ Jatim
Berikut Pesan Gus Ipul saat Tutup MTQ Tingkat Kota Pasuruan 2022
Suasananya sangat ritmis dan melankolis dengan alunan nada-nada permohonan kepada-Nya yang memenuhi ruang-ruang tempat peribadatan dan kelas-kelas pertemuan. Bangku-bangku kuliah di kampus-kampus dan dampar-dampar ngaji di langgar, mushollah dan masjid-masjid pun ramai dipenuhi buncahan kesetiakawanan. Suporter bola berjajar di ujung-ujung jalan untuk menengadahkan tangan mengetuk hati setiap pengendara agar sudi berbagi. Saya sangat salut dengan ikhtiar mereka termasuk oleh para pengendara angkutan online. Ini adalah potret diri dari kerumunan yang selama ini hanya dilihat sebatas urusan ekonomi dan suporter bola pun hanya dilirik. Tetapi beberapa waktu ini mereka sangat cekatan dalam melangkahkan kehendak untuk memberikan pelajaran bahwa mereka juga manusia Indonesia yang dapat bermanfaat untuk sesama. Salut.
Dalam telungkup semangat rakyat yang bersedia menorehkan harkatnya membantu korban bencana alam itulah, maka sangat disayangkan apabila ada aktor-aktor yang menarikan “jogetan politiknya”. Laku bohong dipertontonkan dengan segala bentuk ekspresi pengakuannya untuk membohongi seluruh rakyat serta subjek medsos. Sang pengaku itupun telah menggiring dirinya untuk memenuhi jalan hukum yang sedang ditempuhnya. Lantas di panggung realitas terdapat sesahutan untuk saling menabuh gamelan yang iramanya sangat semrawut tanpa pakem. Sorot kamera dan berita yang menggelinding adalah betapa riuhnya celoteh atas “aktor kebohongan nasional” itu.
Simak berita selengkapnya ...
sumber : Suparto Wijoyo