Warga Bawean Lestarikan Kesenian Dhungkah
Editor: abdurrarman ubaidah
Sabtu, 20 Agustus 2016 10:07 WIB
GRESIK, BANGSAONLINE.com - Warga masyarakat di pulau Bawean terus berupaya melestarikan kesenian yang menjadi kebanggaan nenek moyang mereka. Salah satunya, kesenian Dhungkah atau bahasa jawanya lesung. Benda yang terbuat dari kayu utuh ini zaman dulu dijadikan alat untuk melakukan woro-woro atau memanggil orang saat akan gotong-royong maupun tanda bahaya.
Cara memainkan Dhungkah yaitu dengan memukul ramai-ramai. Sehingga menimbulkan bunyi-bunyian keras. Zaman dulu yang memiliki alat Dhungkah orang-orang kaya. Saat panen mereka ramai-ramai menumbuk padi.
BACA JUGA:
Pemprov Jatim Mulai Benahi 331 Fasilitas Umum Terdampak Gempa di Pulau Bawean
Eksotisme Telasen Topak atau Lebaran Ketupat, Hari Raya-nya Puasa Sunnah Syawal
Tradisi Lebaran yang Hanya Ada di Indonesia
Bertahun-tahun Hidup Tanpa Jaringan Internet, Warga Diponggo Bawean Terisolir dari Dunia Luar
Namun zaman berubah, sekarang Dhungkah sudah tidak lagi dipakai untuk menumbuk padi, tapi dimanfaatkan untuk media kesenian. Sebagai upaya untuk melestarikan kesenian Dhungkah, Kecamatan Tambak pulau Bawean mengadakan festival lomba Dhungkah antardesa.
Sebanyak 13 peserta ikut berpartisipasi dalam festival tersebut. Para pemainnya adalah ibu-ibu PKK desa. Masing-masing tim sebanyak 12 orang ibu-ibu, dan para peserta diwajibkan menggunakan pakaian kebaya dan jarit.
Sementara Wabup, Moh.Qosim ketika menghadiri kegiatan tersebut mengaku merasa bangga. "Saya sangat bangga dengan semangat ibu-ibu dalam memainkan Dhungkah. Terlihat semua pemainnya dengan konsentrasi tinggi. Namun mereka masih bisa tersenyum," katanya.
Simak berita selengkapnya ...