Tafsir Al-Nahl 90: Gubernur Dipecat Karena Tidak Ihsan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 90: Gubernur Dipecat Karena Tidak Ihsan

Sabtu, 18 Juni 2016 16:37 WIB

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .

BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".

Kata "ihsan" adalah bentuk masdar dari fi'il madli "ahsana". Kata kerja ini termasuk fi'il muta'addy atau transitif, butuh obyek sebagai pelengkap kalam. Dalam tradisi lughah, ada muta'addi yang langsung menyebut obyek tanpa huruf pengantar dan ada yang memakai huruf pengantar atau al-af'al al-muta'addiyah bi al-huruf. Huruf antaran itu adalah huruf al-jarr seperti : ila, 'ala, 'an, fi dan lain-lain.

Fi'il muta'addy langsung seperti kata: nashara - yanshuru (menolong). Wa laqad nasharaKUM Allah bi badr. In tanshuru ALLAH yanshurKUM. Pada ayat ini, kata nashara dan yanshuru langsung pada obyeknya, tanpa huruf jarr sebagai perantara. Kata "dzahaba" (pergi) lazim diberi antara huruf jarr "ila" sebelum menyebut obyeknya. "tsumm dzahab ILA ahlihi yatamaththa." (al-Qiyamah:33). Begitu halnya kata: 'ala ya'lu, lazim diberi antaran huruf jarr 'ala. "alla ta'lu 'ALAyya wa i'tuni muslimin" (al-Naml:31).

Dan kata "ahsana" bisa keduanya dengan beda makna. Jika anda memuji si Fulan sebagai orang baik. "kamu bagus deh..!", maka katakan: "ahsanta". Jika anda memujinya karena dia telah memberi orang lain, berbuat baik untuk orang lain, maka katakan "ahsanta ILA ...".

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video