Tafsir Al-Nahl 89: Tibyan, Huda, Rahmah dan Busyra | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Nahl 89: Tibyan, Huda, Rahmah dan Busyra

Minggu, 12 Juni 2016 14:34 WIB

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - "Wayawma nab’atsu fii kulli ummatin syahiidan ‘alayhim min anfusihim waji/naa bika syahiidan ‘alaa haaulaa-i wanazzalnaa ‘alayka alkitaaba tibyaanan likulli syay-in wahudan warahmatan wabusyraa lilmuslimiina."

Sebelumnya telah dikemukakan uraian tentang zaman fatrah, masa senggang antar kenabian. Adakah masa itu?. Lahiriah teks ayat ini menunjuk tidak ada, karena Tuhan pasti mengutus seorang "syahid" kepada setiap kelompok manusia pada setiap era (nab'ats fi kull ummah syahida 'alaihim). Semuanya, termasuk para nabi mesti diminta pertanggungjawaban atas risalah yang diembannya. Nabi Muhammad SAW meneteskan air mata bila ayat tentang itu dibaca.

Ayat studi ini (89) juga menjelaskan bahwa Allah SWT telah menurunkan al-Kitab dengan empat fungsi: tibyan (penjelas), huda (petunjuk), rahmah (kasih) dan busyra (kegembiraan). Sisi filologis, ketika Tuhan menunjuk fungsi "tibyan" digandenglah dengan kalimat "li kull syai", penjelas masalah apa saja. Artinya, semuanya dijelaskan. Tapi saat menunjuk fungsi Huda dan Rahmah dibiarkan secara umum dan tidak ada sasaran khusus. Beda lagi ketika membicarakan fungsi "Busyra", maka sasaran khusus ditunjuk, yaitu hanya untuk orang islam saja "wa busyra li al-muslimin".

Sebagai fungsi Tibyah, al-Qur'an adalah buku paling konferhenship di dunia, di mana pesannya sangat menyeluruh dan mencakup segala hal. Tentu saja, sifat pesan tersebut universal dan filosufis, bahkan sekedar tersirat, tidak detail, tidak terinci karena al-Qur'an bukanlah buku teknik.

Al-Qur'an sengaja didesain secara filosufis dan bukan teknis karena Allah SWT menginginkan hamba-Nya kreatif dan maju di bidang berilmu dan pengetahuan, terangsang meneliti, menemukan, berkreasi dan berinovasi secara cerdas. Tuhan tidak menginginkan hamba-Nya dungu, cengeng dan manja, karena pesan kitab suci sudah instan dan tinggal menelan.

Untuk itu, gaya Tuhan menyervis ilmu teruntuk hamba-Nya dengan cara dihidangkan seluas dan sebebas mungkin. Ada ilmu yang sudah bisa difahami langsung saat ayat tersebut turun dan ada yang belum bisa. Hal tersebut mengingat pengetahuan umat belum sejauh apa yang digagas ayat dan piranti zaman belum tersedia. Al-Qur'an yang selalu mendahului zamannya sungguh berlanggam serba ke depan dan futuristik. Pengetahuan yang diblow up selalu modern dan up to date sehingga merarik dan tidak membosankan. Hal demikian, biasanya menyangkut teknologi, astronomi, kedokteran dan sebagainya.

Ya, dulu memang belum bisa difahami, tapi sekarang bisa. Satu per satu dari firman Tuhan yang dulu dianggap fantastis dan erasional, kini terbukti sebagai temuan ilmiah yang bisa diambil manfaatnya. Diperkirakan lebih dari 200 temuan ilmu modern berbasic ayat al-Qur'an yang dulu masih mitos dan magic, sekarang menjadi teknik dan akademik.

Contoh nyata dan mendunia adalah terobosan ke ruang angkasa yang oleh Al-Qur'an dinyatakan sebagai bisa dan tidak mustahil. Tidak sekadar diberitahu bahwa itu mungkin, melainkan diberi resep gelondongan, yaitu harus berbekal teknolongi yang memedahi (sulthan). Tanpa "sulthan" tidak mungkin bisa.

Kini, plesiran ke planet dekat-dekat sini tidak lagi berita. Ada yang berbulan-bulan tinggal di Bulan dan ada pula yang lebih dari satu tahun. Bisnis pariwisata ke bulan telah diprogramkan dan siap, tinggal pemasaran. Challenger, pesawat ulak-alik yang dulu hanya mengangkut astronot, ke depan menjadi pesawat komersial yang mengangkut turis. Informasi akademik itulah salah satu fungsi "tibyan" dalam al-Qur'an.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video