Tafsir Al-Nahl 84-85: Imam Tarawih yang Masuk Neraka
Sabtu, 11 Juni 2016 14:39 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Wayawma nab’atsu min kulli ummatin syahiidan tsumma laa yu/dzanu lilladziina kafaruu walaa hum yusta’tabuuna. Wa-idzaa raaa alladziina zhalamuu al’adzaaba falaa yukhaffafu ‘anhum walaa hum yunzharuuna."
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Pesan ayat 84 ini terkait tanggung jawab seorang pemimpin. Bahwa kelak di akhirat nanti Tuhan akan meminta pertanggungjawaban pemimpin (syahid) pada setiap kelompok. Umat manusia yang terbukti durhaka padahal sang pemimpin sudah menyampaikan kebenaran, sudah membimbing ke jalan yang benar, maka itu risiko mereka sendiri dan tidak ada waktu pulang kembali ke dunia untuk memperbaiki diri.
Ayat senada, dulu sudah pernah kita bahas, yaitu pada al-Nisa':41. Mulanya, Abdullah ibn Mas'ud disuruh Nabi membaca al-Qur'an sementara Nabi yang menyimak. Saat bacaan sampai pada ayat tersebut, Nabi meneteskan air mata dan menyuruh Ibn Mas'ud menghentikan bacaan. Tangisan itu makin menjadi-jadi dan air mata makin deras. Para sahabat di sekitar hanya bosan menunggu dan tidak tidak ada yang berani bertanya. "mengapa?".
Nabi, lantas menjelaskan, bahwa betapa diri beliau merasa sangat berat ketika kelak akan diminta pertanggungjawaban atas risalah yang diembannya. Dengan lembut Nabi meminta agar para sahabat membantunya dengan cara memberi kesaksian, bahwa beliau telah menyampaikan amanat risalah dengan baik. Tentu saja mereka sanggup. Ya, karena memang Nabi benar-benar sangat baik dalam mengemban amanat kenabian.
Simak berita selengkapnya ...