Bercermin Kerukunan dari Dusun Sodhong, Ponorogo saat Waisak
Editor: nur syaifudin
Wartawan: fajar arto
Senin, 23 Mei 2016 11:06 WIB
PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Hingar bingar dan carut marut di negeri akibat konflik SARA (sukun agama dan ras) sama sekali tidak terdengar di dusun Sodhong, desa Gelang Kulon, Kecamatan Sampung Ponorogo. Jangan dikira kerukunan yang ada di sana karena penduduknya homogen, sebaliknya justru sangat heterogen dari sisi suku maupun agama. Jumlah pemeluk Islam, Hindu-Budha dan Kristen bisa dikatakan seimbang, namun mereka memiliki toleransi yang sangat tinggi.
Jangan dikira pula seluruh wilayah kecamatan Sampung menjadi daerah tertinggal. Sebaliknya Sampung adalah ibu kota Kecamatan yang sangat modern dari sisi bangunan fisik. Sampung bak kota megah dan modern yang ada di tengah hutan. Mengapa? Sebagian besar penduduknya adalah pekerja migran yang ingin membangun desanya.
BACA JUGA:
Dibuka Hari ini, SMKN 1 Jenangan Ponorogo Jadi Tempat LKS di Kota Madiun
Relokasi Dampak Tanah Gerak di Ponorogo, Gubernur Khofifah Resmikan 56 Huntara
Berikut Prakiraan BMKG soal Cuaca di Ponorogo 7 Januari 2024
BMKG 29 Desember 2023: Ponorogo Cerah Berawan
“Monggo mas, mangayu bagyo, mugi sedoyo pinaringan rahayu. Keselamatan,” ujar sepuh dusuen setempat, Saiman (86) menyambut kedatangan BANGSAONLINE saat perayaan Waisak, Minggu (22/5).
Saiman selain sesepuh dusun dia juga pemuka agama Budha setempat. Dia menjadi panutan setiap umat Budha setempat, namun demikian dia tetep sederhana dan santun seperti warga desa kebanyakan.
“Acara hayat dimulai satu bulan yang lalu Mas, tadi malam penutupan dan dirangkaikan dengan detik-detik waisak pukul 04.00 WIB tadi pagi. Detik-detik waisak adalah hari lahir Budha, waktu menerima wahyu dan saat Budha meninggal menuju nirwana, yaitu saat sempurnanya bulan purnama,” ujar Saiman bercerita soal Waisak.
Saiman menjelaskan, bagi dia, agama adalah baju, ketika baju itubagi di lepas maka yang agama Budha, Islam, Kristen, Hindhu, dan yang lain tidaklah bisa dibedakan. Kulitnya sama, darahnya sama dan semuanya sama bagi makhluk manusia. Untuk itu kita tidak boleh saling mengganggu dan sebaliknya harus saling menolong sehingga semua makhluk berbahagia.
Simak berita selengkapnya ...
sumber : HARIAN BANGSA