Tafsir Al-Nahl 70: Hindari Pola Hidup Binatang
Selasa, 03 Mei 2016 12:02 WIB
Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Waallaahu khalaqakum tsumma yatawaffaakum waminkum man yuraddu ilaa ardzali al’umuri likay laa ya’lama ba’da ‘ilmin syay-an inna allaaha ‘aliimun qadiirun".
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Setelah membicarakan lebah dengan produksi madunya yang bermanfaat bagi umat manusia, yaitu sebagai minuman sehat (syarab) dan obat (syifa' li al-nas), kini Tuhan bicara soal penciptaan, kematian dan umur panjang. Tuhanlah yang menciptakan (Allah khalaqakum), Dia juga yang mematikan (yatawafaakum) dan Dia pula yang memanjangkan umur sesuai kehendak-Nya. Sebagian dikembalikan ke umur hina bak anak kecil (wa minkum ma yuradd ila ardzal al-'umur).
Itu artinya, berupaya menuju sehat - yang salah satunya dengan cara mengkonsumsi madu sediaan Tuhan ini - adalah perintah. Persoalannya kini adalah, sertelah sehat, lalu apa selanjutnya?
Pertanyaan ini adalah teguran keras bagi umat manusia yang mengidolakan kesehatan, tanpa mengidolakan manfaat sehat sebagai piranti meraih amal kebajikan. Apa gunanya sehat bila hanya untuk memperbanyak maksiat, memperenak enak makan, enak tidur, tanpa peningkatan ibadah dan ketaqwaan? Jika ini yang ada, yaitu sehat dan hanya sehat, maka apa bedanya kita dengan binatang?
Simak berita selengkapnya ...