Pesantren Cipasung Keluarkan Maklumat Penegakan Khittah
Rabu, 30 September 2015 22:49 WIB
TASIKMALAYA, BANGSAONLINE.com - Pesantren Cipasung yang dipimpin KH. Ahmad Bunyamin Ruhiyat mengeluarkan Maklumat Penegakan Kembali Khittah 1926. Maklumat itu disampaikan bertepatan dengan haul ke-38 KH. Ruhiyat dan haul ke-8 KH Ilyas Ruhiyat melalui forum halaqoh bertema: “Menjernihkan Kembali Ajaran Ahlussunah Waljamaah An-Nahdliyyah” di Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Rabu (30/9).
Maklumat itu dideklarasikan didasari keprihatinan terhadap kondisi Nahdlatul Ulama (NU) sekarang. Menurut kiai yang akrab dipanggil Abun itu ada dua faktor utama yang mengakibatkan NU kehilangan jati diri dan berkah perjuangan. Kedua hal itu adalah menurunnya akhlakul karimah an-nahdliyyah termasuk yang terjadi dalam Muktamar ke-33 NU di Alun-alun Jombang.
BACA JUGA:
Mitos Khittah NU dan Logika Kekuasaan
Kembangkan Kewirausahaan di Lingkungan NU, Kementerian BUMN Teken MoU dengan PBNU
Konflik Baru Cak Imin, Istri Said Aqil Mundur dari PKB, Akibat Khianat saat Muktamar NU?
Emil Dardak Dukung Muktamar NU ke-35 di Surabaya
“Yang kedua adalah ditinggalkannya prinsip dan nilai Khittah NU yang telah dirumuskan dalam Musyawarah Nasional Alim Ulama Tahun 1983 di Pesantren Salafiyyah Syafi’iyyah Sukorejo, Situbondo, kemudian disahkan dalam Muktamar NU ke-27 Tahun 1984 di tempat yang sama,” ujar Kiai Abun dalam maklumatnya yang dikirim kepada BANGSAONLINE.com Rabu, (30/9/2015).
(Baca juga: Dianggap Menyimpang, Pesantren Sukorejo Situbondo Mufaroqoh dari PBNU)
Sikap tegas Kiai Abun ini menyentak warga NU. Karena dalam kepengurusan PBNU hasil Muktamar NU ke-33 yang kini digugat ke pengadilan itu nama Kiai Abun diletakkan nomor 1 oleh Said Aqil sebagai A’wan. Ini berarti Kiai Abun justru berseberangan dengan Said Aqil Siraj cs.
Menurut Maklumat itu, dua prinsip pokok yang tercantum dalam Khittah NU tersebut adalah pemurnian dan pengembangan ajaran (manhaj) nahdliyyah dan prinsip kemandirian NU dari ketergantungan kepada partai politik.
Pemurnian artinya hanya mereka yang berideologi dan mempunyai sikap keagamaan ahlussunah waljamaah an-nahdiyyah yang boleh memimpin jami’yyah NU. Sedangkan pengembangan adalah bagaimana manhaj nahdliyyah dikembangkan untuk dapat memenuhi perkembangan zaman.
Simak berita selengkapnya ...