Aura Kekuasaan Jokowi Meredup, Ini Dua Indikatornya | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Aura Kekuasaan Jokowi Meredup, Ini Dua Indikatornya

Editor: MMA
Senin, 25 Maret 2024 19:16 WIB

Presiden Joko Widodo. Foto: merdeka.com

JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Presiden () akan lengser pada 20 Oktober 2024. Itu pun jika tak ada peristiwa politik krusial yang menjatuhkan dia di tengah jalan.

Tapi aura kekuasaan sudah meredup. Apa indikatornya? Indikator pertama bisa kita lihat pada sikap para ketua umum partai politik yang mulai tak patuh pada . Ini tampak sekali pada manuver politik yang dilakukan Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia () Jeffrie Geovanie.

Ia mengusulkan dijadikan Ketua Koalisi Barisan yang membawahi ketua-ketua umum parpol pendukung Prabowo-Gibran.

Tapi usulan itu tak digubris oleh para pimpinan parpol. Padahal, adalah partainya . Ketua umumnya juga putra bungsu , Kaesang Pangarep. Bahkan kabarnya juga sempat “menjamin” dan “sesumbar” akan lolos ke Senayan.

Tapi para pimpinan partai politik pura-pura tak dengar terhadap usulan . Bahkan Partai yang selama kampanye pilpres disebut-sebut sebagai “anak emas” - sehingga diberi wewenang untuk memimpin pembagian bantuan sosial (bansos) - tak merespons positif. Padahal suara naik signifikan juga diduga karena “dibantu” . Terutama soal bansos.

Sikap ini menarik. Karena sebelum Pilpres berlangsung, Ketua Umum sami’na wa'atha’na pada . yang semula sempat bertemu elit PDIP untuk mendukung Ganjar Prabowo sebagai calon presiden, langsung balik kanan mendukung Prabowo-Gibran ketika “ditegur” .

Saat itu memang sakti. Ia punya senjata “kasus hukum” yang sewaktu-waktu bisa menekuk ketua parpol yang coba-coba melawan atau tak mengikuti kemauan politiknya. Termasuk .

Menteri Koordinator bidang Perekonomian RI itu sempat diperiksa kejaksaan agung selama 12 jam dalam kasus minyak goreng. Ia pun langsung sendiko dawuh terhadap . Tanpa berpikir panjang ia langsung mendukung Prabowo-Gibran.

Indikator kedua terkait keinginan jadi ketua umum . Sebagian petinggi “mempersilakan” memilih jabatan tertinggi, baik sebagai Ketua Umum maupun Ketua Dewan Pembina .

Namun geng dan M Jusuf Kalla justru menolak keras, baik secara terang-terangan maupun secara sarkastis yang intinya menghalau agar tak intervensi ke dalam .

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video