Gubernur Khofifah Kagumi Perpaduan Nuansa Spiritual dan Kultural di Masjid Jamik Tegalsari Ponorogo
Editor: M. Aulia Rahman
Wartawan: Devi Fitri Afriyanti
Selasa, 04 April 2023 16:02 WIB
PONOROGO, BANGSAONLINE.com - Gubernur Khofifah mengaku kagum dengan perpaduan nuansa spiritual dan kultural yang ada di Masjid Jamik Tegalsari, Ponorogo. Ia mengungkapkan hal tersebut saat menjelajahi masjid legendaris di Jawa Timur dalam rangkaian Safari Ramadhan tahun ini.
“Masjid Jamik Tegalsari ini menjadi salah satu masjid tertua di Indonesia. Bahkan Masjid ini juga tercatat sebagai bangunan cagar budaya berdasarkan Undang-undang RI No 5 Tahun 1992. Dari bangunannya kita bisa lihat bahwa nuansa Budaya Jawa sangat kental. Dan ini menjadi salah satu masjid bersejarah di Indonesia,” paparnya saat berada di sana, Senin (3/4/2023) malam.
BACA JUGA:
Khofifah Jadi Satu-satunya Gubernur Penerima Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha
Jokowi Dikabarkan Batal Hadir Peringatan Otoda XXVIII di Surabaya
Khofifah Ajak GP Ansor dan Banom NU Lainnya Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045
Pesan Khofifah saat Lantik Pengurus IKA Unair Sumatera Utara
Masjid Jamik Tegalsari merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang didirikan sekitar abad ke-18 oleh Kyai Ageng Muhammad Besari. Beliau adalah seorang ulama kondang yang menyebarkan agama Islam di Ponorogo dan sekitarnya. Berdasarkan referensi yang tertulis di website Disbudparpora Ponorogo, sosok Kyai Ageng juga berperan dalam babat Desa Tegalsari dan mendirikan pesantren Gebang Tinatar atau Pesantren Tegalsari.
Sejumlah tokoh seperti Susuhunan Pakubuwono II (Raja Surakarta), Ronggowarsito (pujangga/sastrawan Jawa), Kyai Abdul Manan Dipomenggolo (pendiri Pesantren Tremas Pacitan) pernah menuntut ilmu sebagai santri maupun mendapatkan pengaruh dari Tegalsari. Bahkan H.O.S Tjokroaminoto, serta Trimurti pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor merupakan keturunan dari silsilah Kyai Ageng Muhammad Besari.
Kyai Ageng Muhammad Besari memiliki silsilah keturunan dari Majapahit dan dari Nabi Muhammad SAW. Dimana keturunan Majapahit berasal dari ayahnya yakni Ki Ageng Anom Besari atau Ki Ageng Grabahan dari Dusun Kuncen, Caruban Madiun. Sedangkan keturunan Nabi Muhammad SAW didapat dari ibunya yakni Nyai Anom Besari atau Nyai Ruqiyah yang nasabnya sampai kepada Rasulullah SAW melalui garis Sayyidati Fatimah Az-Zahra.
Kentalnya unsur budaya Jawa pada masjid ini diperkuat dengan 36 tiang kokoh dari kayu jati tanpa paku (dikuatkan menggunakan pasak berupa kayu). Jumlah tiang mengandung arti jumlah wali/wali songo (3+6=9) yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa dan atap berbentuk kerucut mengambarkan keagungan Allah SWT.
Tidak hanya itu, kubah masjid terbuat dari tanah liat (sejenis gerabah) yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang. Dilansir dari laman warisan budaya Kemendikbud, kekunoan arsitektur Masjid Tegalsari di samping dapat dilihat dari konteks dan keletakan, juga dari unsur fisik masjid yang lain, seperti adanya pagar keliling yang mengitari kompleks masjid.
Pagar keliling ini mempunyai arti memisahkan daerah yang sakral dan propan. Halaman masjid terbagi menjadi tiga yang masing-masing mempunyai arti atau tingkat kesakralan yang berbeda. Bagian yang paling sakral adalah mulai dari serambi hingga ruangan masjidnya
Menurut Khofifah, keberadaan masjid Jamik ini erat kaitannya dengan sejarah dakwah Islam di masa itu. Dimana Tegalsari memiliki nilai sejarah dan semangat dakwah Islam yang besar. Sosok Kyai Ageng Muhammad Besari juga memiliki peran yang kuat.
Simak berita selengkapnya ...