Kiai Dihina Habis-Habisan, Kiai Wahab dan Kiai Chalim Minta Restu Hadratussyaikh Dirikan NU | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Kiai Dihina Habis-Habisan, Kiai Wahab dan Kiai Chalim Minta Restu Hadratussyaikh Dirikan NU

Editor: MMA
Selasa, 21 Maret 2023 10:27 WIB

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan para pembicara lain dalam Halaqah tentang Perjuangan KH Abdul Chalim dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Masjid Kampus Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Senin (20/3/2023). Foto: bangsaonline.com

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com – Ternyata proses pendirian Jam’iyah Nahdlatul Ulama (NU) cukup panjang. Bahkan KH Abdul Wahab Hasbullah hampir frustasi karena tak kunjung mendapat restu KHM Hasyim Asy’ari. Sementara harus melakukan ikhtiar riyadhah atau spiritual.

Untungnya, KH Abdul Chalim, karib Mbah Wahab – panggilan Kiai Abdul Wahab – terus berusaha menjembatani dan berkomunikasi dengan sehingga Kiai Wahab sabar dan restu itu pun akhirnya turun. Kiai Wahab perlu mendapat restu , selain karena tawaddlu, juga karena merupakan ulama paling terkemuka dan paling berpengaruh di nusantara, bahkan sangat disegani oleh penjajah.

Demikian beberapa pemikiran yang mengemuka pada Halaqah tentang Perjuangan KH Abdul Chalim dalam acara Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) di Masjid Kampus Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto, Jawa Timur, Senin (20/3/2023).

Hadir sebagai pembicara Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Dr KH Muhammad Al-Barra, M Mas’ud Adnan, Nur Kholiq Ridwan dan Fauzan Alfas. Halaqah itu diikuti semua peserta Rakornas Pergunu. Yaitu para Pimpinan Pusat (PP) dak Ketua Pengurus Wilayah (PW) Pergunu dari seluruh Indonesia, dan diadakan dalam rangkaian pengajuan KH Abdul Chalim sebagai pahlawan nasional

Selain tampak Sekjen Pergunu Dr Aris Adi Leksono, Waketum Pergunu, Ahmad Zuhri, Wakil Ketua Pergunu Dr Saepullah dan beberapa pimpinan Pergunu lain. Acara Rakornas itu berlangsung dua hari, Senin hingga Selasa (2--21/3/2023).

Gus Barra – panggilan Muhammad Al-Barrra – mengungkapkan bahwa Kiai Wahab dan Kiai Chalim sangat gigih mendirikanlantaran saat itu terjadi pergulatan sengit antara kiai-kiai pesantren dengan kelompok yang mengklaim diri sebagai Islam modernis. Bahkan kiai-kiaidihina oleh kelompok lain.

“Para kiai saat itu dihina habis-habisan oleh SI (Syarikat Islam), Muhammadiyah, dan Al-Irsyad, karena , dan lainnya,” kata Gus Bara yang disertasinya berjudul Naskah Perjuangan Kiai Abdul Wahab: Edisi Teks dan Kajian Historiografi Nahdlatul Ulama Karya Kiai Abdul Chalim. Disertasi itu sudah diuji dalam Sidang Promosi Doktor Program Studi Ilmu Sastra, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran, Selasa (28/6/2022).

Tapi, kata Gus Barra, saat itu Kiai Wahab belum mendapat restu dari Kiai Hasyim Asy’ari. Bahkan Kiai Wahab harus menunggu hingga 10 tahun.

“Sampai Kiai Wahab hampir frustasi karena 10 tahun minta ijin atau restu belum mendapat restu,” kata Wakil Bupati Mojokerto itu. “Jikaberdiri tahun 1926, berarti Mbah Wahab minta ijin sejak tahun 1916,” tambah putra tertua Saifuddin Chalim.

Mengutip tulisan Kiai Abdul Chalim yang dijadikan tema disertasinya, Gus Bara mengatakan bahwa Mbah Wahab sempat akan memilih dua opsi seandainya tetap tak mendapat restu .

Pertama, Mbah Wahab akan “pulang kampung” untuk fokus mengelola pondok pesantren. Kedua, bergabung dengan organisasi-organisasi yang sudah ada . Dengan catatan Mbah Wahab mengubah atau mereformasi organisasi itu sesuai paham atau ajaran yang dianutnya.

Namun, kata Gus Bara, ternyata Kiai Abdul Chalim berusaha untuk berkomunikasi dengan . Kiai Chalim yang merupakan kakek Gus Bara itu bahkan secara intensif menjadi komunikator antara Kiai Wahab dan .

Sampai akhirnya merestui apa yang menjadi obesesi Kiai Wahab untuk mendirikan NU. “Ya selama tiga tahun ini saya selalu memikirkan nasib Kiai Wahab yang ditendang kesana-kemari,” kata Gus Bara menirukan dawuh kepada Kiai Abdul Chalim.

Kiai Wahab yang nota bene kiai pesantren memang di-“keroyok” oleh para pimpinan atau aktivis organisasi lain, seperti Muhammadiyah, Syarikat Islam, dan Al- Irsyad.

Gus Bara mengungkapkan bahwa para kiai menidirikanselain untuk merespon serangan dan penghinaan kelompok lain terkaiat amalan-amalan ahlussunnah wal-jamaah  juga untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, 

Bahkan Kiai Abdul Chalim sempat mengingatkan Kiai Abdul Wahab ketika membuat surat undangan kepada para kiai dalam Komite Hijaz. Apakah tidak perlu menyantumkan perjuangan kemerdekaan dalam  surat yang dikirim kepada para kiai, disamping soal tujuan menegakkan ajaran Ahlussunnah wal-jamaah.

"Mbah Wahab menjawab, itu yang utama," kata Gus Bara yang juga ketua GP Ansor Kabupaten Mojokerto..

Tapi Kiai Abdul Chalim mengejar lagi dengan pertanyaan, apakah hanya dengan itu memperjuangkan kemerdekaan? Kiai Wahab mengeluarkan dan menyalakan korek api sambil menyatakan bahwa ini (korek api) sangat kecil tapi bisa menghancurkan bangunan.

"Kita tak boleh putus asa," kata Kiai Wahab kepada Kiai Abdul Chalim, seperti ditirukan Gus Bara.  

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video