Efek Hawa Panas di Proyek Migas Blok Cepu Bojonegoro, Tanaman Padi Petani Mati
Selasa, 02 Juni 2015 15:03 WIB
BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com – Aktivitas pembakaran gas suar (flaring) di tapak sumur (well pad) B, Lapangan minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip Blok Cepu, dengan volume gas sebesar 23 million standart cubic feed for day (MMSCFD) dikeluhkan para petani di sekitarnya. Sebab, sejak ada kegiatan pembakaran gas suar itu, tanaman padi mereka layu dan mengering hingga mati.
Salah satunya milik petani di RT 4 RW 02, Dukuh Ledok, Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, Bojonegoro, Ngasipan (72). Sawah miliknya yang ditanami padi itu hanya berjarak sekitar 200 meter dari lokasi pembakaran gas suar di dalam lokasi lapangan Banyu Urip Blok Cepu.
BACA JUGA:
Dorong Petani Mandiri, EMCL Adakan Program Sekolah Lapang Pertanian
APBD Bojonegoro Bisa Rp 7,5 Triliun, Sayang Bupati-Wakil Bupati Bertengkar depan Publik
SMAN 1 Tuban Juarai Kompetisi Student Company Regional EMCL
200 Pemuda Ring 1 Blok Cepu Gelar Demo, Ini Beberapa Tuntutannya
“Ya, sejak ada pembakaran obor itu (gas suar, red) tanaman padi tampak layu, mengering dan lama-lama mati. Tanaman padi terancam tidak panen,” keluhnya, Selasa (2/6/2015).
Ia menuturkan, tanaman padi di sekitar ladang migas Banyu Urip Blok Cepu itu baru berumur sebulan. Namun, kondisi tanaman padi itu tidak bisa tumbuh dengan baik. Tanah sawah mulai merekah dan padi tak kunjung tumbuh tinggi.
“Sebelumnya pada musim tanam kedua tidak sampai tanaman padi layu dan mengering seperti itu. Mungkin karena terpapar hawa panas dari kegiatan pembakaran di lokasi minyak itu mengakibatkan tanaman padi mengering dan mati,” ujarnya.
Simak berita selengkapnya ...