Erick Thohir, Gus Dur, dan Salam NU
Editor: MMA
Sabtu, 11 Februari 2023 08:03 WIB
SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Peristiwa salah ucap Menteri BUMN Erick Thohir saat sambutan sebagai Ketua Panitia Satu Abad NU di GOR Sidoarjo jadi viral terutama di kalangan kiai NU. Padahal sebenarnya sepele. Salah itu manusiawi. Bukankah semua manusia punya potensi salah. Apalagi salam penutup NU "wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq" itu memang sulit dilafalkan.
Peristiwa itu menjadi tak sederhana karena menjelang 2024. Apalagi Erick - yang belum lama tercatat sebagai “Kader Banser” – santer disebut sebagai cawapres.
BACA JUGA:
Resmi Dilantik, PMII Rayon Tali Jagad Unusida Siap Majukan Organisasi
Puluhan Mahasiswa Demo Kantor Pemkot Kediri, Ada Apa?
PAN Sodorkan Nama Erick Thohir Sebagai Cawapres Pendamping Ganjar
Stadion Manahan Solo Diusulkan Jadi Venue Babak Penyisihan Piala Asia U-23
Tapi benarkah Gus Dur sendiri tak pernah memakai salam penutup wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq?
Nah, tulisan wartawan kondang, Dahlan Iskan, di BANGSAONLINE ini menarik dinikmati sambil ngopi. Selamat membaca: (PENGANTAR REDAKSI HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE)
KALIMAT penutup salam ala NU itu memang sulit diucapkan. Pun oleh tokoh Banser seperti Erick Thohir yang menteri BUMN. Seperti yang terlihat saat ketua panitia itu menutup sambutannya di puncak acara satu abad NU Selasa lalu.
Dan itu disengaja.
Oleh penemunya.
Tujuannya: agar yang bukan NU-asli tidak mudah mengucapkannya. Begitulah menurut ensiklopedia NU.
Dulu, NU punya ciri khas tersendiri dalam menutup salam. Yakni memasukkan kalimat billahi taufiq wal hidayah. Itu diucapkan sebelum salam penutup wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Yang menciptakan kalimat tambahan penutup itu orang Kendal. Tokoh NU setempat. Kiai besar di sana. Imam masjid agung dekat alun-alun Kendal. Namanya: KH Ahmad Abdul Hamid. Beliau meninggal tahun 1998.
Kalimat tambahan itu lantas sangat populer. Sampai dipakai oleh siapa saja di luar lingkungan NU. Rasanya lebih terlihat Islam kalau salamnya didahului kalimat tambahan tersebut.
Maka pihak-pihak yang ingin terlihat lebih Islam menggunakan kalimat tambahan itu. Secara politik Golkar sangat ingin terlihat dekat dengan Islam. Maka kalimat tambahan itu sangat populer di pidato-pidato tokoh Golkar saat itu. Apalagi banyak tokoh Islam berada di Golkar.
Simak berita selengkapnya ...