Tafsir Al-Hijr 47: Surga Enggan Disinggahi Politikus
Kamis, 14 Mei 2015 00:02 WIB
Oleh: KH. Musta'in Syafi'ie. . .
BANGSAONLINE.com - Ayat sebelumnya bertutur tentang penghuni surga yang santun dan bersenang-senang di taman indah, "fi jannat wa uyun". Penuturan lebih pada kondisi surga yang indah tak terbayangkan. Sedangkan pada ayat studi ini, penuturan lebih ditekankan pada pribadi penghuninya. Ada tiga sifat mereka, yakni: pertama, mereka adalah orang-orang yang hatinya sudah disterilkan oleh Tuhan dari sifat dengki dan sejenisnya, sehingga bersih dan tidak ada setitikpun sifat tercela terbersit di jiwa mereka, "wa naza'na ma fi shudurihim min ghill".
BACA JUGA:
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Abu Bakar R.A., Khalifah yang Rela Habiskan Hartanya untuk Sedekah
Tafsir Al-Anbiya' 48-50: Momen Nabi Musa Berkata Lembut dan Keras kepada Fir'aun
Tafsir Al-Anbiya 48-50: Fir'aun Ngaku Tuhan, Tapi Tak Mampu Melawan Ajalnya Sendiri
Tafsir Al-Anbiya' 41-43: Arnoud Van Doorn, Petinggi Partai Anti-Islam yang Justru Mualaf
Artinya, bahwa jika kita ingin menjadi penghuni surga, maka jauhkan diri dari iri dan dengki. Kedengkian membuat seseorang bersikap negatif terus-menerus kepada orang lain, sehingga tidak bisa melihat kebaikan di luar dirinya. Semakin tebal sifat dengki, semakin kuat sifat ingin menang dan menguasai, maka semakin jauh dari kriteria penghuni surga. Dari sini, silakan anda berpolitik, tapi tetalah legowo dan menghargai orang lain. Jangan sampai tradisi politik yang kental kedengkian menghalangi kita dari servis surga.
Hari itu, nabi berpidato: "siapa ingin tahu penghuni surga, silahkan tunggu!. Sebentar lagi dia lewat sini".
Benar, seorang lelaki bersahaja lewat dan para sahabat memperhatikan. Besoknya, nabi berpidato lagi kayak kemarin dan orang itu lagi yang datang. Besoknya begitu lagi dan lelaki itu-itu lagi yang nongol. Para sahabat penasaran dan membatin, "apa yang istimewa dari lelaki itu".
Simak berita selengkapnya ...