Mendorong Batik Ikat Kontemporer Galuh Surabayan Jadi Ikon Pariwisata Kota Pahlawan | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Mendorong Batik Ikat Kontemporer Galuh Surabayan Jadi Ikon Pariwisata Kota Pahlawan

Editor: Tim
Selasa, 15 November 2022 14:36 WIB

Batik ikat kontemporer Galuh Surabayan.

Oleh: Ignatia Martha Hendrati, Nuruni Ika Kusuma Wardhani, dan Achmad Room Fitrianto

Setiap sudut memberikan cerita yang berbeda dan menarik untuk ditelusuri. Salah satunya di kawasan permukiman bantaran rel kereta api Kelurahan Kapasari, Kecamatan Genteng,

Ketika mendengar bantaran rel sering kali disandingkan dengan tipe masyarakat yang kurang berkembang. Padahal kawasan pinggiran rel (squatter area) dan pusat kota (slum area) itu potensial untuk tumbuhnya industri kreatif.

Salah satunya adalah batik ikat kontemporer Galuh n yang dikembangkan salah satu warga permukiman padat tersebut. Heppy Kurnia Putri pertama kali merintis usaha tahun 2012. Kemudian berkembang hingga dia berhasil mempekerjakan beberapa warga untuk membantu produksi. Omzet yang didapat lumayan.

Batik ikat itu memiliki banyak potensi. Motif yang dibuat lahir dari proses kreatif bercampur dengan budaya kearifan lokal. Sehingga menghasilkan produk yang unik dan memiliki nilai pasar yang tinggi. Teknik ikat dipadukan dengan teknik coletan. Sehingga memunculkan corak dan warna yang khas.

Sayangnya hal tersebut tidak diimbangi dengan pengetahuan tentang manajemen bisnis yang memadai. Sehingga pasar produk yang sebetulnya luas terhambat dan sulit berkembang. Manajemen sumber daya yang kurang tertata menyebabkan produksi hingga profit kurang efisien.

Puncaknya saat Pandemi Covid-19. Kekacauan manajemen itu baru terasa hingga membuat usaha Galuh omsetnya jeblok. Karyawan, meskipun hanya 2 orang, terpaksa dirumahkan.

Berdasar permasalahan tersebut, kegiatan Bakti Inovasi Bagi Masyarakat (BIMA) kolaborasi Universitas Pembangunan Nasional () Veteran Jatim dan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) membantu usaha batik ikat kontemporer Galuh n untuk lepas dari permasalahan itu. Sehingga kategori Usaha Mikro Kecil Menangan (UMKM) itu bisa lepas landas mengembangkan produk dan menjualnya.

Dari usaha tersebut tim BIMA berhasil mengidentifikasi beberapa masalah. Identifikasi ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif dengan Metode Aset Based Community Development (ABCD). Metodologi ini dilakukan dengan tujuan untuk bisa lebih fokus kepada penggalian informasi yang humanis sehingga informasi dari pengumpulan data, penilaian kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan tidak menyimpang terlalu jauh dari kenyataan masyarakat.

Mengapa menggunakan pendekatan ABCD, dikarenakan ABCD fokus pada aset dan kekuatan yang ada pada komunitas daripada permasalahan. Sehingga pengembangan kapasitas masyarakat dilakukan dengan memaksimalkan aset-aset yang ada dalam komunitasnya.

Pendekatan berbasis aset dipercaya memiliki kelebihan karena bisa melihat kondisi sosial lebih holistic dan kreatif. Seperti melihat gelas setengah penuh, mengapresiasikan apa yang bekerja dengan baik dimasa lampau dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan

Kemudian dilaksanakan juga Focus Group Discussion (FGD), tanya jawab, demonstrasi dan latihan/praktik baik kelompok maupun individu. Dari proses yang telah dilakukan tim BIMA bisa mengerucutkan beberapa masalah yang dihadapi pengrajin Batik Ikat Galuh . Pertama marketing produk masih melalui metode penjualan langsung. Padahal era sudah digital dan akses ke pasar bisa makin luas.

Kedua pengelolaan usaha yang meliputi manajemen keuangan dan sumber daya. Usaha batik ini kami lihat belum menerapkan penghitungan pengeluaran dan pendapatan secara rinci. Sehingga Harga Pokok Penjualan yang diperoleh belum mengover semua aspek.

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video