Dijuluki Kiai Multi Talenta, Buku Kiai Asep Dibedah di Kantor Gubernur Kalteng | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Dijuluki Kiai Multi Talenta, Buku Kiai Asep Dibedah di Kantor Gubernur Kalteng

Editor: MMA
Selasa, 11 Oktober 2022 17:28 WIB

Para nara sumber dalam bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermwaan karya M Mas'ud Adnan di Kantor Gubernur Kalteng, Senin (10/10/2022). Tampak dari kiri: Ustadz Syahrun, KH Abdul Wahid, Muhammad Ghofirin, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, M Mas'ud Adnan, KH Abdul Rahman Abdullah, dan Dr Fadly Usman. Foto: bangsaonline.com

PALANGKA RAYA, BANGSAONLINE.com – Bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Aula Eka Hapakat Kantor Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) mendapat respons penuh antusias dari peserta. Baik para intelektual maupun tokoh NU yang jadi pembahas sangat antusias mendiskusikan buku karya M Mas’ud Adnan itu.

“Pak ini ulama multi talenta. Beliau tokoh agama dan umat, ilmuwan, tokoh pendidikan, pengusaha, tokoh keumatan dan kemasyarakatan,” kata KH Abd Rahman Abdullah, Wakil Rais Syuriah yang juga dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palangkaraya, Senin (10/10/2022).

Menurut dia, buku yang ditulis M Mas’ud Adnan ini sangat enak dibaca dan penuh inspirasi.

“Saya baca satu malam sampai selesai,” kata Kiai Abdul Rahman yang mantan Wakil Ketua PBNU periode 2010-2015.

“Judulnya menarik, Kiai Miliarder Tapi Dermawan, sebagai tokoh sentral yang menerapkan konsep, memperjuangkan dan mewujudkannya menjadi kenyataan sehingga dikagumi banyak tokoh dari semua kalangan,” ujar Kiai Abdul Rahman yang juga Ketua Tanfidziyah periode 2004-2009.

Menurut dia, selama ini tokoh agama sangat monoton. Hanya berpikir tentang agama. "Jarang sekali berpikir tentang dunia usaha atau bisnis," katanya.

Selain itu, kata Kiai Abdul Rahman, kita selama ini salah dalam berpikir filosofis. Menurut dia, kita selalu menganut filosofi yang bersifat duniawi. 

“Kalau gak ada modal gak bisa. Kalau gak dibantu pemerintah gak bisa,” katanya.

, tegas Kiai Abdul Rahman, telah membalik kerangka filosofis itu dengan mengedepankan filosofi keagamaan, spiritual, terutama doa dan salat malam. Ternyata sukses.

(Para peserta bedah buku Kiai Miliarder Tapi Dermawan di Kantor , Senin, (10/10/2022). Foto: bangsaonline.com)

Dalam bedah buku yang dimoderatori Suhardi, Wakil Sekjen PP Pergunu itu, Kiai Abdul Rahman tak hanya membahas secara lisan, tapi menuliskan secara detail komentarnya tentang dan buku yang dibedah di berbagai provinsi itu.

“Semua catatan ini saya ambil dari buku ini. Buku ini sangat lengkap,” katanya.

Nah, dari buku setebal 422 halaman itu, Kiai Abdul Rahman menyimpulkan bahwa adalah ulama yang telah melahirkan ide, gagasan, pemikiran cemerlang dan mencerahkan. 

Lebih hebat lagi, tak hanya melahirkan ide, gagasan, dan pemikiran, tapi juga mewujudkan dalam kehidupan organisasi sebagai Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pegunu), dunia pendidikan, bisnis, sosial kemasyarakatan, dan kehidupan pada umumnya.

Karena itu Kiai Abdul Rahman menjuluki sebagai ulama multitalenta.

Pendapat senada disampaikan Ketua PCNU Palangkaraya, Ustad M Syahrun. Menurut dia, banyak karangan (buku) antara teori dan praktiknya beda. 

“Tapi buku ini, antara teori dan aktornya sesuai dan sekarang ada di depan kita,” kata Ustadz Syahrun sembari bersyukur karena sebagai aktor dalam buku itu berkenan hadir ke Palangkaraya Kalteng.

Sementara Mas’ud Adnan, sang penulis buku, mengatakan bahwa kita tak bisa melihat sosok yang kaya raya sekarang. Menurut Mas’ud, saat muda sangat miskin. “Saking miskinnya untuk dimakan saja tak punya,” kata CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.com.

Ia bercerita bahwa ditinggal wafat oleh ayahnya, KH Abdul Chalim, saat kelas 2 SMAN Sidoarjo Jawa Timur.

“Ayah seorang ulama besar, Kiai Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri Nahdlatul Ulama (NU),” kata Mas’ud Adnan sembari mengatakan bahwa dalam dokumen sejarah PBNU periode pertama nama Kiai Abdul Chalim tercatat sebagai Katib Tsani, sedang Katib Awalnya adalah KH Abdul Wahab Hasbullah.

“Rais Akbarnya Hadratussyaikh KHM Hasyim Asy’ari dan Ketua Tanfidziahnya H Hasan Gipo,” kata Mas’ud Adnan yang alumnus Pesatren Tebuireng Jombang dan Pascasarjana Univerisitas Airlangga (Unair) Surabaya.

Saat Kiai Abdul Chalim wafat, kata Mas’ud, yang saat itu remaja langsung berhenti sekolah karena tak ada yang membiayai. Namun tetap mondok di pesantren di Sidoarjo.

mengaku hanya makan kalau lapar. Untuk makan, cari sisa-sisa nasi santri di dapur pesantren. Kalau ada kendil (tempat menanak nasi) tengkurap (telungkup) diambil sisa nasinya. Kendil itu dituangi air lalu dimasak kembali. Ketika airnya mendidih berwana kuning, sedang intip (kerak nasinya) mengelupas. Itulah yang dimakan ,” tutur Mas’ud Adnan mengutip buku yang ditulisnya.

Tapi hebatnya, kata Mas’ud, semangat belajarnya terus menyala. “Lebih hebat lagi, tak membiarkan nasibnya terlena dengan kemiskinan. Saat itu langsung berpikir bahwa kondisi seperti ini tak boleh berlangsung terus menerus,” kata Mas’ud Adnan.

“Ini berarti sangat peka dan cerdas dalam menyikapi hidup, sehingga beliau mampu mengevaluasi perjalanan hidup bahkan nasibnya,” tambah Mas’ud Adnan yang mengaku selalu mencermati karakter, orientasi, dan pemikiran .

Dr Eng Fadly Usman, Wakil Rektor Institut Pesantren KH Abdul Chalim, yang mendampingi sejak awal mendirikan pesantren bercerita tentang awal perkenalannya dengan kiai miliarder asal Leuwimunding Majalengka Jawa Barat itu.

Menurut dia, banyak peristiwa terjadi di luar nalar. Ia mencontohkan saat mengukur tanah yang akan dibangun pesantren.

Saat itu, tutur Fadly Usman, dirinya ikut mengukur tanah. Nah, tanah yang bukan milik juga diukur. Ternyata tanah itu akhirnya terbeli juga oleh .

Kini luas tanah pesantren milik mencapai sekitar 100 hektare. Padahal saat awal membangun pesantren, tanahnya kurang dari satu hektare.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video