Tafsir Al-Kahfi 83-85: Tamkin dan Talwin | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Tafsir Al-Kahfi 83-85: Tamkin dan Talwin

Editor: Redaksi
Kamis, 06 Oktober 2022 11:39 WIB

Ilustrasi.

Seperti orang yang berparfum atau menggunakan wewangian, maka baunya sedap karena aroma tersebut. Dia menggunakan wewangian, dia menggunakan sabun, dia menggunakan sampo hingga tampil bersih. Dia juga menikmati keindahan bunga yang mekar mewangi hingga jiwanya menjadi indah bak bunga itu. Itulah talwin.

Sedangkan tamkin, makkana yumakkinu, artinya berposisi, bertempat, menjadi mapan, tangguh, serba memungkinkan. Seseorang bukan lagi menikmati keindahan bunga, tapi dia sudah menjadi bunga dan siap mengindahkan orang lain dan lingkungannya. Dia bukan lagi membalur diri dengan parfum, tapi dia sudah menjadi parfum yang siap mengharumkan orang lain.

Raja sudah mencapai derajat “tamkin” yang sangat mapan dan lengkap, kemudian tinggal kerja mengemban amanah sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya. Dengan kelengkapan itu, maka terbaca kesuksesan yang mesti dicapai.

Kata tamkin ini juga dipakai untuk Nabi Yusuf A.S. yang mendapat kedudukan sangat mapan di hadapan Raja Mesir kala itu. Yusuf muda begitu dipercaya mendampingi sang raja dalam segala kebijakan.

Tapi Yusuf A.S. tidak pongah dan tidak rakus, melainkan memilih satu bidang saja yang paling dia mampui, yaitu menjadi menteri pangan, urusan logistik. Dan, nyatanya sangat sukses besar. (Yusuf: 55).

fa atba’a sababa”. Huruf “fa” di depan menunjuk kecermatan memanfaatkan waktu. FA, yang artinya “maka”, dalam bahasa arab berfungsi “segera” (ta’qib faury). Atau kata sambung yang menggambarkan kesinambungan secara langsung atau dekat. Mendorong pelaku segera melakukan pekerjaan berikutnya, atau menggambarkan kejadian beruntun.

Dzahaba Ahmad ila al-mathar fa Amjad”. Ahmad pergi ke bandara dan Amjad menyusul segera. Begitulah , segera bertindak setelah persiapan lengkap. Pesannya adalah bahwa sebuah program besar itu mesti dipersiapkan lebih dahulu sebaik mungkin, sesempurna mungkin, lalu segera ditindak lanjuti.

Menyegerakan tindakan berarti segera mendapat pahala. Itulah sifat orang beriman, cerdas, dan perhitungan. Hanya pemalas saja yang suka menunda pekerjaaan. Lalu, ayat berikutnya mengisahkan blusukan ke tiga klaster rakyat di tempat berbeda, unik, dan ekstrem.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang. 

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video