Hadirkan Cendekiawan dari 9 Negara, ICORcs Jadi Upaya Kiai Asep untuk Cetak Banyak Doktor | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Hadirkan Cendekiawan dari 9 Negara, ICORcs Jadi Upaya Kiai Asep untuk Cetak Banyak Doktor

Editor: Revol Afkar
Minggu, 26 Juni 2022 02:44 WIB

Pembukaan International Conference on Resarch and Community Service (ICORcs) di Masjid IKHAC, Pacet, Mojokerto, Sabtu (25/6/2022). Tampak Pengasuh Pondok Amanatul Ummah KH. Asep Saifuddin Chalim (enam dari kanan), KH. As'ad Said Ali (lima dari kanan), Dahlan Iskan (empat dari kanan), serta sejumlah narasumber dari berbagai negara. Foto: REVOL/ BANGSAONLINE

Dalam kesempatan itu, ia juga banyak memaparkan tentang perkembangan energi. Saat menjadi Direktur Utama PLN, ia mengaku baru mengetahui adanya kekekalan energi.

"Jadi para ilmuwan energi itu percaya bahwa energi itu kekal. Saya sebagai orang yang seumur hidup di pesantren luar biasa kagetnya. Kok, ada kekekalan di luar Allah. Dan ada hukumnya, hukum kekekalan energi. Saya berani bicara ini karena ini di universitas, dan ini di forum ilmu pengetahuan, di forum konferensi riset dan community," ungkapnya.

Kata Dahlan, para ilmuwan di bidang energi percaya bahwa energi itu kekal. "Energi tidak diciptakan, tidak hilang, dan tidak ditemukan. Energi itu sudah ada di alam raya ini, dan energi itu tidak akan hilang, tapi hanya bisa berubah dari satu energi satu ke energi lain," bebernya.

Pengusaha sukses itu menyampaikan contoh siklus energi dari batu bara. Awalnya batu bara dibakar untuk mendidihkan air hingga menghasilkan uap. Uap itu kemudian memutar turbin untuk menggerakkan generator hingga menghasilkan energi listrik.

"Besarnya energi yang dihasilkan dari batu bara tadi, sama dengan besarnya energi yang ada di listrik tadi. Nanti listrik dipakai di rumah, kemudian jadi kompor listrik untuk masak. Kemudian masakan itu matang, kita makan jadi energi di tubuh kita. Lalu tubuh kita terus menghasilkan energi lagi, dan itu terus berputar tidak pernah akan hilang energi itu," terangnya.

(Dahlan Iskan. Foto: REVOL AFKAR/ BANGSAONLINE.com)

Ia sengaja menyampaikan itu agar nantinya para lulusan dari madrasah atau pesantren tidak kaget saat mengetahui adanya hal-hal seperti ini di dunia luar.

Sementara terkait community, Dahlan Iskan menyarankan adanya riset di kalangan pesantren tentang perubahan di masyarakat. Terutama perkembangan kemakmuran. Menurutnya, ketika seseorang menjadi makmur atau kaya, maka ia hanya akan takut pada dua hal. Pertama, takut anaknya tidak pintar dan kedua, takut sakit.

"Sampai seorang ibu harus mencarikan sekolah anaknya yang terbaik dan mahal. Rumah tangga pun dihemat agar bisa membiayai sekolah anaknya. Begitu takut orang tua anaknya tidak pintar. Dan ketakutan ini dimanfaatkan orang-orang bisnis di bidang pendidikan. Maka dibikinkan sekolah mahal yang pakai AC, yang kualitasnya bagus, dan biayanya mahal," katanya.

Ia mengaku awalnya tak setuju dengan model pendidikan seperti itu. Namun setelah melakukan analisis, Dahlan menyadari bahwa pendidikan yang berkualitas merupakan sebuah kebutuhan. Karena itu, ia memuji Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang berinisiatif menciptakan sistem pendidikan dengan fasilitas lengkap di kalangan pesantren.

Ia bahkan mendengar ada madrasah yang harus inden selama 5 tahun agar bisa sekolah di sana. Sehingga ketika kelas 2 SD, anak tersebut harus sudah mendaftar di SMP madrasah itu, lalu terus membayar tiap bulan meskipun belum mulai sekolah.

"Ini dunia baru pendidikan Islam. Dulu yang seperti ini hanya punya Katolik dan Kristen, tapi sekarang dunia Islam juga punya (model pendidikan) seperti itu. Karena orang tua takut anaknya tidak pintar," urainya.

Hal serupa juga terjadi di bidang kesehatan, karena orang sangat takut sakit. Sehingga, rumah sakit terbaik pun dikejar meskipun mahal. "Ini kenyataan, karena tingkat ekonomi kita, termasuk umat Islam, itu sudah lebih baik," tutupnya.

(Habib Abdullah Al-Muhdor dari Yaman saat menghadiri . Foto: REVOL AFKAR/ BANGSAONLINE.com)

Sekadar diketahui, ini disaksikan ribuan pemirsa dari berbagai negara secara online. Adapun narasumber yang dihadirkan berasal dari 9 negara, termasuk Indonesia. Yaitu:

Syeikh Zakariya Marzuq (Khotib dan Imam Al-Azhar, Mesir), Dr. Toha Ali Muhammad (Universitas Al-Azhar, Mesir), Dr. Ahmad Yakhlif (Maroko), Elsidding Yousif Bilal Omer (Sudan), Dr. Syarief Dhou (Sudan), Prof. Dr. Ednan Aslan (University of Vienna, Austria), Habib Abdullah Al-Muhdor (Yaman).

Selanjutnya, Dr. Abdil Hamid Abdil Wahab Muhammad Ali (Mesir), Syeikh Prof. Dr. Hisyam Quraisah (Guru Besar Zaitunah University, Tunisia), Al Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman Al-Jufri (Uni Emirat Arab), Syaikh Ibrahim Hosni Al-Mashri (Mesir), dan Habib Ali Ridho (Malaysia).

Sedangkan narasumber dari Indonesia antara lain, Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur), Prof. Dr. Dahlan Iskan (Pengusaha), KH. As'ad Said Ali (Cendekiawan Muslim dan Mantan Wakil Kepala BIN), Dr. Mauhiburahman (Rektor Institut KH. Abdul Chalim), Prof. Masdar Hilmy (Guru Besar UIN Sunan Ampel), Prof. Dr. Mufidah (Guru Besar UIN Maulana Malik Ibrahim), Prof. Dr. Alwi Shihab (Cendekiawan Muslim). (rev)

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video