Hadirkan Cendekiawan dari 9 Negara, ICORcs Jadi Upaya Kiai Asep untuk Cetak Banyak Doktor | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Hadirkan Cendekiawan dari 9 Negara, ICORcs Jadi Upaya Kiai Asep untuk Cetak Banyak Doktor

Editor: Revol Afkar
Minggu, 26 Juni 2022 02:44 WIB

Pembukaan International Conference on Resarch and Community Service (ICORcs) di Masjid IKHAC, Pacet, Mojokerto, Sabtu (25/6/2022). Tampak Pengasuh Pondok Amanatul Ummah KH. Asep Saifuddin Chalim (enam dari kanan), KH. As'ad Said Ali (lima dari kanan), Dahlan Iskan (empat dari kanan), serta sejumlah narasumber dari berbagai negara. Foto: REVOL/ BANGSAONLINE

MOJOKERTO, BANGSAONLINE.com - Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Institut KH. Abdul Chalim (IKHAC) menggelar konferensi internasional yang menghadirkan narasumber dari berbagai negara. Acara yang dikemas dalam () dengan tema 'Strengthening Islamic Humanism in the Context of Society' itu digelar di Kampus IKHAC, Sabtu-Minggu (25-26/6/2022).

Dalam sambutannya saat membuka konferensi, Pengasuh Ponpes Amanatul Ummah Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim menyatakan kegiatan ini merupakan ajang untuk memberikan sumbangsih pemikiran humanisme dalam keberagaman Islam.

Selain itu, konferensi internasional () tersebut juga menjadi upaya untuk memperbanyak di Indonesia. Karena konferensi juga memfasilitasi para mahasiswa untuk merevisi makalah-makalah sebelum dijadikan jurnal Scopus. Sehingga, dapat meningkatkan akreditasi kampus.

"Setidaknya sudah ada 155 makalah yang harus segera direvisi dan kemudian dijadikan jurnal-jurnal Scopus," ujar .

(Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim. Foto: REVOL AFKAR/ BANGSAONLINE.com)

Ketua Umum Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) itu mendorong agar mahasiswa, khususnya program S2 dan S3 agar lulus tepat waktu. "Kami tidak ingin menumpuk mahasiswa untuk program S2 dan S3. Yang oleh karenanya, kami memberikan bimbingan penulisan jurnal," ucapnya.

"Karena kalau belum bisa menerbitkan jurnal, keikutsertaan mereka selama 4 semester sama dengan nol SKS. Ini tidak akan pernah ada di perguruan tinggi lain. Karena 4 semester nol SKS untuk penyelesaian itu tidak mendukung sama sekali. Dan juga kita memberikan bimbingan selama 4 semester nol SKS. Baru setelah nya jadi, diserahkan ke promotor satu, itulah yang ber-SKS. Oleh karenanya proses penyelesaiannya sehingga layak diuji itu cukup selama sebulan atau dua bulan saja," terangnya disambut tepuk tangan para tamu undangan.

berharap agar mahasiswa-mahasiswa S2 lulus dalam 2 tahun, dan S3 cukup 3 tahun. Namun, lulusannya berkualitas.

"Untuk itu insyaAllah konferensi-konferensi internasional ini akan kita selenggarakan dua kali dalam setahun dengan mengundang tokoh-tokoh dari berbagai negara," pungkasnya.

Pembukaan ini juga menghadirkan As'ad Said Ali, Cendekiawan Muslim sekaligus Mantan Wakil Ketua Umum PBNU dan Mantan Wakil Kepala BIN. Ia menjelaskan perbedaan humanisme di Republik Indonesia dan humanisme di negara barat. Menurutnya, pendiri di Indonesia sudah memiliki dasar dalam meletakkan humanisme, yaitu Pancasila. Sedangkan humanisme barat spesial, yaitu individualisme dan liberalisme.

"Misalnya LGBT. Itu adalah paham kebebasan di negara barat, kita tidak mengenal. Jadi, humanisme di Indonesia, pertama, dasarnya adalah keadilan dan beradab. Ketika kita bicara keadilan, maka kita bicara keadilan menurut Islam. Karena penyusunnya adalah para ulama Indonesia. Jadi bukan merujuk pada keadilan barat," terangnya.

Sedangkan beradab, lanjut Kiai As'ad, rujukannya adalah budaya timur, yaitu peradaban Indonesia. "Bahwa yang kita bangun adalah manusia Indonesia berwawasan dunia," terangnya.

"Konteks humanisme memang internasional, tetapi konteks penerapannya harus sesuai dengan budaya masing-masing. Karena kalau tidak begitu, maka kita akan terserap oleh peradaban dunia," tegasnya.

Ia lalu mengutip tesis Samuel P Huntington dan Fukuyama yang menyatakan adanya perang atau konflik peradaban pasca Uni Soviet runtuh. Perang itu dimenangkan oleh peradaban barat, namun masih ada musuh lain yang harus dikalahkan. Yaitu pertama peradaban timur, meliputi China, Jepang, dan India.

Hal itu dibuktikan dengan pecahnya perang ekonomi antara Jepang dan Amerika pada tahun 1990-an yang menyebabkan krisis ekonomi dunia. Hingga kemudian berlanjut pada perang dagang antara China dan Amerika. Serta yang terbaru perang ekonomi dunia antara Rusia dan Ukraina yang dipicu oleh embargo yang dilakukan Amerika. Hal itu membuat negara-negara lain terdampak, termasuk bangsa-bangsa Islam.

Agar tidak larut dalam perang peradaban, Kiai As'ad mengajak seluruh masyarakat tetap berpegang teguh pada budaya Indonesia, namun tetap memantau peradaban dunia.

"Kita ikuti peradaban dunia, sepanjang sesuai dengan nilai-nilai keadilan menurut kita, dan juga nilai-nilai budaya menurut kita. Jadi kita tetap memakai kerudung, memakai peci seperti ini, atau pakai topi yang lain sesuai budaya masing-masing, tapi kita tetap bagian dari peradaban dunia," pungkasnya.

Turut hadir juga dalam pembukaan , tokoh pers Dahlan Iskan. Wartawan senior sekaligus pengusaha ini memberikan motivasi kepada lulusan pesantren atau madrasah agar percaya diri menggapai prestasi. Dahlan mencontohkan dirinya sebagai lulusan madrasah aliyah pertama yang diangkat menjadi Direktur Utama PLN dan Menteri BUMN.

"Waktu itu saya bertekad harus berprestasi. Karena kalau tamatan madrasah aliyah ini tidak berprestasi, kelak pemerintah mana pun tidak akan percaya dengan tamatan madrasah aliyah," ucapnya.

Simak berita selengkapnya ...

1 2

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video