​Di Singapura Pesan Tempat di Restoran Masih Sangat Sulit, Harus Deposito | BANGSAONLINE.com - Berita Terkini - Cepat, Lugas dan Akurat

Di Singapura Pesan Tempat di Restoran Masih Sangat Sulit, Harus Deposito

Editor: MMA
Senin, 16 Mei 2022 10:48 WIB

Dahlan Iskan

Trus bagaimana lagi cara menurunkannya?

"Gampang. Tidak usah lagi periksa ke lab, hahaha," ujar Mr Ben Chua.

Sejak itu saya tidak tahu lagi berapa level D-Dimer saya.

Saya juga tidak membicarakannya ketika bertemu dr Ben Chua Kamis lalu. Saya justru mengagumi penurunan berat badannya. Kok bisa menjadi begitu jauh lebih langsing.

"Saya lakukan puasa intermittent. Juga mengurangi karbohidrat," katanya. Setidaknya sudah selama 2,5 tahun terakhir. "Berat badan saya turun 20 Kg. Masih harus turun lagi, kalau bisa 5 kg lagi," katanya.

Ia pun membuat teh. Di belakang meja praktiknya, memang ada teko kecil dan beberapa mangkuk kecil. Ia masukkan Chinese tea ke teko itu. Ia tuangkan air mendidih dari boiler kecil. Ia tuangkan air teh itu ke mangkuk-mangkuk kecil.

Istrinya ikut ngobrol. Tidak ikut minum.

Sambil minum teh, saya minta cerita tentang kliniknya itu. Yang selama pandemi memiliki keunggulan: tidak perlu opname. Ia lakukan penanganan baru: satu hari selesai. "Ternyata orang senang. Selama pandemi, orang takut opname di RS," katanya.

Ngobrol selesai. Saya harus tahu diri. Jadwal Ben Chua ketat.

Saya pun pamit. Yang penting kini saya sudah tahu ke alamat mana kalau saya harus mencarinya.

"Punya waktu?" tanyanya. Tentu saya punya waktu. Harusnya saya yang bertanya begitu padanya.

"Ada apa?" tanya saya balik.

"Kalau mau, saya lakukan MRI. Saya ingin lihat apakah Anda baik-baik saja," katanya.

"Hahaha... Mau!" jawab saya.

Mesin MRI itu disiapkan. Masih kelihatan baru. Dipasang dua tahun lalu. "Waktu itu, jenis ini, hanya ada 4 di dunia," katanya.

Jenis alat itu semua dokter tahu: Philips Azurion 7 C20 FlexArm. Populer dengan nama hybrid operating theatre atau angiosuite. Di Amerika disebut Office Based Labs (OBLs) atau Office-Based Cath Lab.

Saya ''ditembak'' di alat itu. Langsung diajak melihat hasilnya: di layar komputer. "Bagus sekali. Gak usah khawatir," katanya. Ia pun menyerahkan flash disk ke saya. "Ini copy hasil RMI tadi," katanya.

Hari itu empat acara beres. Setiap selesai acara, saya lapor ke Robert Lai. Teman-teman yang saya temui itu adalah juga temannya. Lebih tepatnya: semua itu teman Robert Lai.

Robert pun tahu, ketika saya masih ada sisa waktu 2 jam. Yang kosong acara. Maka Robert menelepon penjual durian: apakah punya Musangking di luar musim durian seperti ini.

"Anda ke sana. Durian sudah siap. Saya sudah pesankan," tulis Robert di WA-nya. Mau tidak mau, apakah pura-pura terpaksa, saya ke sana. Durian sudah dibayar. Sayang kalau tidak dimakan. Kebetulan ada dua teman asal Sichuan, Tiongkok, yang mau gabung di durian. Ia bekerja di Singapura.

Mereka bercerita, orang-orang Tiongkok kini gila durian. Itu dibenarkan oleh penjual durian.

"Durian terbaik Malaysia sekarang dikirim ke sana. Dengan harga lebih baik. Kami hanya dapat seperlimanya," ujar penjual durian itu.

Selesai makan durian, acara makan malam sudah menanti. Teman lain yang dari Singapura akan bergabung. Demikian juga yang asal Fujian. Total 7 orang.

"Ini pasti seru," kata saya dalam hati.

Acara makan malam itu pasti panjang. Pasti akan ada ''upacara'' setelah makan. Tidak mudah berhenti. Khas mereka. Saya sudah hafal.

Saya pun bertanya pada tamu asal Sichuan itu: berapa persen orang Tiongkok yang kini suka durian. (Dahlan Iskan).

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

 

Berita Terkait

Bangsaonline Video