10 Tahun Tri Rismaharini Memimpin Surabaya, Sosok Pejuang Arek Suroboyo ala Residen Sudirman

10 Tahun Tri Rismaharini Memimpin Surabaya, Sosok Pejuang Arek Suroboyo ala Residen Sudirman Wali Kota Risma naik di atas Anoa sambil menggelorakan pekik "Merdeka" saat Parade Surabaya Juang Tahun 2018. foto. dok. humas pemkot surabaya

TULISAN INI TELAH MEMENANGKAN LOMBA KARYA JURNALISTIK PEMKOT SURABAYA 2020 KATEGORI MEDIA CETAK DENGAN PREDIKAT JUARA HARAPAN 1

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Ponsel salah satu staf Pemerintah Kota Surabaya berdering, 4 Maret 2020 lalu. Ada informasi; dua penumpang kapal pesiar Viking Sun yang suspect Coronavirus 2019 (Covid-19) akan bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak dengan 1.300 penumpang dari Australia dan Inggris.

Dalam hitungan kasar, akan ada dolar atau poundsterling dari saku para wisatawan itu, yang akan menambah pundi-pundi pendapatan daerah.

Buru-buru, staf itu melapor ke atasannya soal rencana kedatangan kapal berbendera Norwegia itu. Saat itu, sang atasan tengah berada di Kota Solo untuk menerima gelar kehormatan dari Keraton Kasunanan Surakarta.

Alih-alih berfikir devisa. Dengan tegas, pimpinan itu menolak kapal pesiar tersebut bersandar di wilayahnya. Alasannya, jelas. Lebih baik melindungi 3 jutaan warga Surabaya daripada tertular Covid-19. Ini dilakukan untuk meminimalisir potensi kontaminasi dari sumber-sumber yang sudah terinfeksi.

Dialah, Tri Rismaharini. Wali kota perempuan pertama di Surabaya yang tegas menolak kedatangan kapal pesiar itu.

Sikap tegasnya itu, menyiratkan keberanian Residen Sudirman yang pernah menolak kapal perang berbendera Inggris bersandar di Pelabuhan Tanjung Perak, sebelum akhirnya pecah pertempuran heroik 10 November 1945.

Dalam catatan sejarah, Residen Sudirman menolak armada kapal akan yang merapat di Tanjung Perak. Terdiri dari kapal transport bernama: “Wavenley”, “Mlaika”, “Assidios”, “Floristan” dan beberapa kapal lagi yang dilindungi oleh kapal perang Inggris.

Peristiwa penolakan kapal pesiar itu, dilakukan wali kota yang akrab disapa Risma, sebelum virus Covid-19 menjadi sebuah pandemi. Perang melawan Corona terus berlanjut, ketika kondisinya memprihantinkan. Taman Surya di Halaman Balai Kota Surabaya, disulap menjadi posko pertahanan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya dalam perang melawan covid-19.

Menkes Letjen TNI (Purn) Dr dr Terawan Agus Putranto juga sempat sidak ke Posko Covid-19 pada 2 Juli lalu. "Ini seperti operasi militer. Luar biasa Bu Risma,” ungkap Menkes Terawan saat itu.

Di posko Covid-19 tersebut, Risma bisa bebas berkoordinasi dengan jajarannya lebih aman karena tempatnya terbuka. Baik itu koordinasi soal penyemprotan disinfektan di berbagai titik, up date pasien Covid-19, penerimaan bantuan, dan lain sebagainya. Berbulan-bulan Risma berikut jajaran, ngantor di posko itu.

Di bagian dapur umum posko Covid-19, segenap jajaran bahu membahu membuat minumantradisional pokak, serta telur rebus yang diyakini bisa meningkatkan daya tahan tubuh (imun). Minuman pokak tersebut merupakan racikan Wali Kota Risma sendiri yang dibagikan ke warga serta orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP).

Itu memang sekelumit gambaran sepak terjang seorang wali kota di Surabaya, dalam menjaga serta melindungi warganya dari serangan pandemi Covid-19. Sebuah totalitas dan loyalitas tanpa batas yang tak kenal lelah demi kemaslahatan bersama.

Pandemi covid-19 ini seakan menjadi ujian terakhir bagi kepemimpinan Presiden United Cities and LocalGovernments (UCLG) Asia Pacific (Aspac) sebelum mengakhiri masa jabatannya yang akan habis pada Februari 2021 mendatang.

Menangkan Persaingan Global

(Wali Kota Risma saat memberikan motivasi kepada pelajar sekolah di Taman Sejarah Jalan Rajawali Surabaya, Oktober 2019. foto: dok. humas pemkot surabaya)

Surabaya memang sudah lama merindukan pemimpin berani dan tegas serta bisa menyatukan seluruh warganya, seperti yang terjadi pada pertempuran 10 November 1945. Saat itu, Bung Tomo dengan menggelorakan takbir serta pekik "Merdeka". Membakar semangat Arek-arek Suroboyo untuk menghadapi tentara Inggris yang berusaha menduduki dan menguasai Kota Surabaya.

Seakan ingin mengulang sejarah, kini Risma hadir menggugah kesadaran Arek-arek Suroboyo. Secara rutin, dia berkeliling ke sekolah-sekolah membakar semangat dengan memberi motivasi. Hal ini untuk menyiapkan anak-anak Surabaya menghadapi era persaingan global.

Dalam memotivasi serta membangkitkan semangat juang bagi para pelajar tersebut, alumni SMPN 10 Kota Surabaya ini tidak sendiri. Dia bersama jajaran juga melibatkan para Veteran Pejuang RI melalui Sekolah Kebangsaan. Sebuah agenda tahunan yang dihadiri oleh ratusan pelajar dari tingkat SD dan SMP se Kota Surabaya.

Dengan duduk lesehan, mereka mendengar cerita-cerita yang memiliki nilai-nilai kejuangan para pahlawan dari Wali Kota Risma. Ia tampil sebagai seorang guru yang berkisah tentang perjuangan para pahlawan saat mengusir penjajah. Hal ini agar anak-anak tahu bahwa kemerdekaan yang diraih bukan karena diberi, tetapi merupakan buah dari perjuangan para pahlawan.

Risma sadar, bila bangsa ini ingin menang dalam persaingan di era globalisasi, SDM-nya harus kuat. Berdasarkan hasil penelitian, negara yang maju adalah negara yang memiliki SDM bagus adalah modal utama, kemudian modal (keuangan), baru sumber daya alam (SDA).

"Meskipun Kota Surabaya tidak memiliki SDA, kita bisa menang dalam persaingan global dengan SDM yang bagus. Kita bisa contoh Singapura. Peningkatan SDM tidak bisa kita elakkan untuk memenangkan persaingan," ujar Risma.

Kemudian, pemberian beasiswa bagi siswa dari keluarga yang kurang mampu juga dilakukan. Dengan menggandeng sebanyak 36 perusahaan/lembaga terkait Corporate Social Responsibility (CSR), Risma telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) beasiswa pendidikan bagi siswa dari keluarga Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Jenjang SMP pada awal September lalu.

Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Supomo mengatakan, berdasarkan data MBR yang tercatat, ada sekitar 13 ribu anak yang menerima intervensi bantuan berupa beasiswa itu. Mereka terdiri dari siswa keluarga MBR jenjang SMP.

Di bidang ekonomi, sudah menyiapkan berbagai program untuk mencapai kemajuan ekonomi yang kuat dalam menghadapi persaingan global, salah satunya program pemberdayaan perempuan Pahlawan Ekonomi dan Pejuang Muda yang dibentuk sejak 2010 ini.

"Pejuang dulu melawan penjajah dengan senjata, sekarang kita berjuang melawan kemiskinan dan kebodohan. Ini memang berat. Tapi kalau tidak kita lawan, warga Kota Surabaya hanya bisa menjadi penonton," tegas wanita kelahiran Kediri 58 tahun ini.

Risma juga mengungkapkan, rencananya selama satu tahun terakhir kepemimpinannya jadi Wali Kota Surabaya, dia ingin memberikan motivasi kepada warganya supaya tidak pernah menyerah dalam kondisi apapun. “Tujuan saya memang untuk membangun motivasi. Tidak ada gunanya saya bangun Surabaya bagus-bagus, tapi manusianya tidak mendapatkan apa apa,” ungkapnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, indeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Surabaya mencapai 82,22 persen, termasuk tertinggi di Jawa Timur pada 2019. Artinya, kualitas hidup warga Surabaya menjadi yang tertinggi di provinsi Jatim. Angka ini naik dari periode 2018 dengan capaian 81,74 persen. Kota Surabaya, Kota Malang, Kota Madiun, dan Kabupaten Sidoarjo tercatat memiliki IPM berkategori sangat tinggi.

Lahirkan Pahlawan Olahraga Kelas Dunia

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO