Tak Dirawat, Situs Perahu "Kayu Padang" Di Bojonegoro Rusak Parah

Tak Dirawat, Situs Perahu "Kayu Padang" Di Bojonegoro Rusak Parah RUSAK: Kondisi situs Perahu Kayu Padang yang berada di Desa Padang Kecamatan Trucuk, Bojonegoro ini kondisinya rusak karena tidak terawat. Foto: Eky Nurhadi/BangsaOnline.

BOJONEGORO (BangsaOnline) - Kondisi situs perahu kuno di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, Bojonegoro semakin memprihatinkan. Setelah tak terurus selama bertahun-tahun, situs Perahu Kayu Padang yang ditemukan pada tahun 2004 ini kondisinya telah hancur.

Lokasi yang berada di tengah sawah tanpa adanya perlindungan bangunan beratap mempercepat proses kerusakan perahu akibat cuaca. Selain itu, pagar tembok yang mengelilingi perahu ini telah hancur.

Informasi pada awal penemuan dan pengangkatan perahu pada tahun 2004 masih dapat dilihat bentuk perahu. Namun kini kondisi kayu-kayu telah rontok dan terlepas dari ikatan yang semula. Sehingga tidak membentuk perahu lagi, melainkan bilah–bilah kayu yang terlepas dari kerangka bentuk perahu.

Kondisi ini sangat disayangkan dan mendapat perhatian dari Tim Pendaftaran Cagar Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (TAGARA) Kabupaten Bojonegoro.

Novi Bahrul Munib, anggota TAGARA Bojonegoro mengatakan, pihaknya telah mengajukan nota dinas untuk menyelamatkan salah satu cagar budaya yang dimiliki Kabupaten Bojonegoro ini.

"Karena perahu ini diduga telah berusia ratusan tahun dan menyimpan sejarah pelayaran di Bengawan Solo, maka sangat penting bagi penelitian sejarah Nasional Indonesia," jelasnya, Kamis (22/1/2015).

Hingga kini, lanjut dia, berbagai upaya telah dilakukan. Diantaranya, berkoordinasi dengan pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur untuk melakukan langkah-langkah penyelamatan terhadap Situs Perahu Kayu Padang, rekonstruksi ulang hingga membangun kembali lokasi penyimpanan sisa-sisa perahu kuno ini dilengkapi dengan cungkup dan sesuai penanganan artefak perahu kayu kuno guna kelestariannya.

"Jika belum sanggup melaksanakan sesegera mungkin bangkai perahu ditutup atau diurug tanah agar tidak menjadi pemandangan yang memperihatinkan bagi wisatawan, pemerhati sejarah, dan masyarakat Kabupaten Bojonegoro," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO