SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Menjamurnya wisata desa yang ada di Jawa Timur saat ini tidak bisa lepas dari peranan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Jawa Timur.
Melalui BUMDes (Badan Usaha Milik Desa), semua desa yang ada di Jawa Timur bisa berlomba membangun serta menciptakan desa wisatanya masing-masing. Dari total 7.724 desa, yang memiliki BUMDes baru 4.035 desa.
BACA JUGA:
- Pj Gubernur Jatim Dalami Sistem Penanggulangan Bencana dan Pemanfaatan Teknologi di Jepang
- Kepala Dindik Jatim Tegaskan Tidak Ada Larangan Study Tour
- DPRD Jatim Setujui LKPJ Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2023, Adhy Karyono Beberkan Target Kinerja
- Dukung FOLU Net Sink 2030, Pj Adhy Pastikan Jatim Siap Berkontribusi Nyata Lestarikan Lingkungan
"Tentunya tidak semua desa bisa membentuk desa wisata, hanya yang berpotensi saja. Kalau memang tidak bisa ya jangan dipaksakan, nanti malah tidak jalan," tutur Kepala DPMD Provinsi Jatim Ir Moch Yasin kepada BANGSAONLINE.com, Rabu (23/1).
Ia mencontohkan Cafe Sawah yang ada di Desa Wisata Pujon Kidul, Kabupaten Malang dan dikelola oleh BUMDes setempat. Kafe yang selalu antri saat akhir pekan ini berawal dari sebuah gedung pertemuan Gapoktan di tengah sawah.
"Karena kreativitas kepala desanya, yakni Pak Udik untuk membuat sebuah kafe sawah, kita bisa ngopi sambil menikmati pemandangan sawah nan hijau membentang luas plus pegunungannya. Kemudian makanannya dibuat prasmanan," terangnya.
Sekarang ternyata, lanjut Yasin, setelah cafe sawah ramai pengunjung, ekonomi masyarakat di sekitar desa tersebut makin bertumbuh dengan munculnya wisata-wisata baru.
"Ada lagi namanya Ekowisata Boon Pring di Kabupaten Malang juga, tepatnya di Sanankerto, Kec. Turen. Lalu di Tulungagung, di Umbul Damar Blitar, Watu Rumpuk Madiun, dan masih banyak lagi," bebernya.
Yasin menambahkan, tugas dari DPMD sebenarnya itu adalah menumbuhkan kreativitas masyarakat desa. "Ternyata desa kalau diberi kewenangan, itu luar biasa sekali kreatifitasnya. Sudah bukan zamannya lagi kita bagi-bagi bantuan karena APBDes mereka sebanyak Rp 1,5 miliar per tahun," tambahnya.