Tuhan Menyapa Orang Beriman dengan Sapaan Jiwa yang Tenang, Tafsir Al-Quran Aktual

Tuhan Menyapa Orang Beriman dengan Sapaan Jiwa yang Tenang, Tafsir Al-Quran Aktual Dr. KH Ahmad Musta'in Syafi'ie

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik ini diasuh oleh pakar tafsir Dr KH A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir munpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Abiya: 34-35. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca ini:

MAKHLUQ HIDUP, WAJIB MATI

“Kull nafs dza’iqah al-maut”. Setiap ciptaan yang hidup pasti akan berakhir kematian. Nafs, artinya diri, jiwa, awak-awakan (Jawa), atau semakna dengan itu. Kata “nafs” bisa idlafah secara umum, bisa kepada makhluq berakal, tidak berakal bahkan dengan Tuhan, Allah SWT.

Tapi pada ayat ini, konteknya khusus untuk makhluq hidup dan tidak berlaku untuk Tuhan. Justeru Tuhan-lah yang mencipta kematian (maut) tersebut, sehingga dia pasti tunduk dan patuh secara mutlak kepada-Nya.

Maut itu “remote” Tuhan yang super canggih dan selalu ada di “tangan-Nya”. Siapa saja tersasar “remote-Nya”, pasti maut.

Jika seseorang bertanya: “Kapan remote itu mengarah ke diri kita..?”. Jawabannya: “Seperti televisi yang sedang “on”, dia tidak mengerti kapan diremote mati, off, oleh penggunanya”.

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO