IQ Orang Jepang No 1, Indonesia Nomor 134, Kepala Perpusnas Minta Santri Baca 1.000 Kata per Menit

IQ Orang Jepang No 1, Indonesia Nomor 134, Kepala Perpusnas Minta Santri Baca 1.000 Kata per Menit Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA dan Muhammad Syarif Bando menunjukkan MoU Amanatul Ummah dan Perpusnas di Masjid Kampus KH Abdul Chalim Kampus IKHAC Pacet Mojokerto, Rabu (19/7/2023). Foto: M Mas'ud Adnan/BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto Jawa Timur, mengundang Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Dr Muhammad Syarif Bando untuk memberikan motivasi para santrinya.

Tak tanggung-tanggung. Syarif Bando yang datang bersama timnya memberikan ceramah di tiga tempat dalam sehari, Rabu (19/7/2023).

Pagi hari, pukul 8.00, Syarif Bando ceramah di depan santri Amanatul Ummah Surabaya, tepatnya di Jalan Siwalankerto Utara Surabaya. Halaman sekolah SMA Amanatul Ummah full dengan para santri atau siswa.

Didampingi Kiai Asep ia lalu menuju kampus Institut Pesantren KH Abdul Chalim (IKHAC) Pacet Mojokerto.

Sekitar pukul 11.00 ia ceramah di depan para mahasiswa baru IKHAC di Masjid Kampus KH Abdul Chalim. Usai ceramah di depan mahasiswa, Syarif Bando dan rombongan menuju Pesantren Amanatul Ummah di Kembangbelor Pacet.

Pada pukul 13.30 WIB Syarif Bando ceramah di depan ribuan santri Amanatul Ummah. Tepatnya di Masjid Raya KH Abdul Chalim.

Syarif Bando tampil jenaka tak ubahnya seorang motivator. Ia memanfaatkan beberapa ilustrasi kocak sehingga menyegarkan suasana.

Namun materinya sangat serius. Menurut dia, jika para santri ingin menjadi orang cerdas, pintar dan sukses, maka harus terbiasa membaca 1.000 kata dalam satu menit.

Ia mencontohkan para sarjana Barat atau Eropa yang mau melanjutkan ke S2 dan S3. Menurut Syarif Bando, salah satu syarat calon mahasiswa S2 dan S3 di Eropa harus cerdas. Karena itu mereka terbiasa membaca buku 1.000 kata per menit.

“Kalau S2 dan S3 di Barat atau di Eropa harus cerdas dan hafal judul buku,” kata Syarif Bando di depan para santri.

Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, memberikan motivasi kepada ribuan santrinya di sela-sela Muhammad Syarif Bando memberikan ceramah di Masjid Raya KH Abdul Chalim di Pondok Pesantren Amanatul Ummah, Rabu (19/7/2023). Foto: M Mas'ud Adnan)

Ia kemudian melemparakan pertanyaan kepada para santri. “Apa ada yang tahu definisi budak?’” tanya Sayrif. Menurut dia, budak adalah orang yang mengerjakan sesuatu sama persis sesuai perintah tuannya. Ia kemudian memberi contoh budak.

“Kalau diperintah baca 20 buku ia baca 20 buku. Itu budak,” katanya.

“Tapi kalau diperintah baca 20 buku, ia hanya baca 10 buku, berarti ia di bawah budak,” tegas Syarif.

Karena itu, tegas Syarif, dalam era merdeka belajar seperti sekarang harus melebihi perintah.

“Kalau Pak Yai (Asep) peintah baca 20 buku (kalian) harus baca 30 buku,” kata Syarif.

Menurut dia, seorang santri atau siswa harus rajin belajar dan gemar membaca. Memang sulit. Tapi harus dilakukan.

“Jika kalian tidak mampu melewati capek dan susah payahnya belajar dan membaca, maka tunggu saatnya anda akan merasakan pahit getir dan hinanya kebodohan dan kemiskinan,” tambahnya.

Dalam ceramahnya Syarif Bando juga mengutip tulisan psikolog asal Inggris Richard Lynn bersama sejawatnya David Becker. Tulisan Ricahard berjudul The Intelligence of Nations. Yang berisi laporan data riset daftar negara yang memiliki Intelligence Quotient () tertinggi.

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO