BOSDA Jateng Diskriminatif, Anggota DPRD Curhat, Kiai Adnan Nunggu Fatwa Kiai Asep Khofifah Capres

BOSDA Jateng Diskriminatif, Anggota DPRD Curhat, Kiai Adnan Nunggu Fatwa Kiai Asep Khofifah Capres DARI KANAN KE KIRI: M Mas'ud Adnan, Prof Dr Mudzakir Ali, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Dr KH Muhammad Adnan dan Ahsan (moderator, baju Pergunu warna hijau). Foto: bangsaonline.com

Lalu bagaimana sikap nara sumber yang lain? Kiai Muhammad Adnan mengaku menunggu langkah Kiai Asep. Sebab Kiai Asep inilah yang mengantar jadi Gubernur Jawa Timur.

“Saya termasuk pengagum dan berharap Bu jadi gubernur. Dan beliaulah (Kiai Asep) yang mengantarkan Bu jadi Gubernur Jawa Timur. Saya tak tahu apakah beliau akan mengantarkan lagi Bu jadi Gubernur Jawa Timur atau mengantarkan Bu Khofiah jadi pemimpin nasional kita. Saya tunggu fatwanya beliau,” kata Kiai Muhammad Adnan.

Terkait bedah buku Kiai Muhammad Adnan secara pribadi beterimakasih kepada Mas’ud Adnan karena telah menulis buku Kiai Asep secara lengkap.

“Tak ada yang tercecer,” kata Kiai Muhammad Adnan yang oleh KH Hasyim Muzadi, ketua umum PBNU dua periode, sering dipanggil sebagai “doktor ajinomoto” karena alumnus Hiroshima University Jepang.

Ia memperkirakan Mas’ud Adnan akan munulis buku Kiai Asep jilid kedua. “Kalau Pak Mas’ud mengikuti seluruh kegiatan dan gerakan Kiai Asep, baik di Pergunu maupun di tempat lain, pasti akan muncul buku jilid kedua,” tegasnya.

Karena profil Kiai Asep memang menarik. “Kalau menjadi kiai bisa belajar di pesantren. Kalau menjadi miliarder belajar di mana. Gak ada,” katanya.

Apalagi Kiai Asep tidak hanya kaya tapi juga dermawan. Menurut dia, biasanya, kalau menurut teori ekonomi, seseorang makin kaya secara kapitalistik, bukan semakin dermawan tapi semakin konservatif terhadap hartanya.

“Tapi beliau bukan seorang kapitalis tapi seorang ulama,” kata Kiai Adnan.

Menurut dia, seandainya di Indonesia ada orang kaya tapi dermawan seperti Kiai Asep, niscaya Inndonesia ini akan baik.

“Ngak usah banyak-banyak. Tiap provinsi ada satu (orang) saja. Insyaallah Indonesia akan lebih tegak,” katanya. “Nah, kita ini pingin niru. Bagaimana kita jadi ulama tapi sekaligus jadi miliarder. Tidak berhenti di situ. Tapi juga dermawan,” tambahnya.

Kiai Adnan mengaku telah membuktikan sendiri kedermawanan Kiai Asep. Menurut dia, Kiai Asep selalu memberi sarung. “Jadi kalau saya ke Pacet tak perlu membawa sarung. Kalau Kiai Asep belum memberi sarung saya gak pulang-pulang. Habis itu, setelah saya dapat sarung, pamit saya. Alhamdulillah,” kata Kiai Adnan disambut tawa peserta bedah buku yang memenuhi aula Pondok Pesantren Asshidiqiyah Gayamsari .

Sarung sedekah Kiai Asep itu, menurut Kiai Adnan, tak dipakai sendiri. “Tapi berkah shodaqoh beliau, saya bisa shodaqoh kepada orang lain. Buat apa saya numpuk sarung di rumah. Jadi beliau itu tidak hanya dermawan tapi juga multi level shodaqoh. Pak Mas’ud catat ini untuk buku jilid kedua. Tapi jangan lupa catat nama saya, sebagai pencetusnya,” canda Kiai Adnan yang disambut peserta dengan ucapan mantap teorinya.

Berbeda dengan Kiai Adnan, Prof Mudzakir mengaku baru bertemu Kiai Asep. Tapi ia mengaku sudah sering mendengar tentang Kiai Asep seperti yang ditulis dalam buku itu. “Yaitu miliarder tapi dermawan. Ini harus menjadi cita-cita genarasi muda,” kata Rektor Unwahas itu.

Menurut Prof Mudzakir, Kiai Asep telah mempraktikkan Hadits yang sangat populer. Yang artinya: Dunia dibangun dengan empat pilar. Pertama, dengan ilmunya ulama.

Kedua, dengan adilnya penguasa. Ketiga dengan kedermawanan orang-orang kaya. Keempat dengan doanya para fakir miskin.

“Saya kira yang empat (pilar) ini yang tidak ada bidu’ail fuqoro’. Kecuali perasaan beliau sebagai fuqoro’ mengharap keridlaan dan anugerah dari Allah SWT. Meskipun beliau miliarder tapi ketika menghadap Allah merasa kecil. Paling tidak, 70 persen atau 100 pesen. Jadi empat hal itu dimiliki beliau. Alhamdulillah. Jadi beliau sebagai ilmuwan, sebagai aghniya’ dan sebagai umara’ di daerah tertentu ada pada beliau,” kata Prof Mudzakir.

Maka ia berharap agar kita bisa meniru beliau. “Belajar menjadikan tangan kita di atas,” katanya.

Acara bedah buku itu diikuti 300 peserta yang hadir dari seluruh Jawa Tengah. Acara ini digelar sebagai pamungkas acara pelantikan Pergunu Tengah yang diketuai Dr Nur Cholid. Hadir Sekjen Pergunu Dr Aris Adi Leksono dan Wakil Ketua Umum Pergunu Ahmad Zuhri. 

Dalam acara Pergunu Jawa Tengah itu KH Shodiq Hamzah, pengasuh Pondok Pesantren Asshodiqiyah yang baru saja dapat doktor honoris causa hadir untuk memberikan sambutan. 

Usai menjadi pembicara dalam bedah buku pada acara pelantikan Pergunu Jawa Tengah itu, Kiai Asep dan rombongan meluncur ke rumah Haji Yono, wali santri Pondok Pesantren Amanatul Ummah, di Batang Jawa Tengah. Kiai Asep kemudian meninjau Rumah Sakit NU Baistussyifa' Limpung yang dibangun oleh MWCNU setempat. 

Seperti diberitakan BANGSAONLINE.com, saat acara soft launching Rumah Sakit  NU Baitussyifa' itu Kiai Asep hadir dan memimpin istighatsah. Acara itu digelar pada Sabtu 28 Agustus 2021. (MMA)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Sedekah dan Zakat Rp 8 M, Kiai Asep Tak Punya Uang, Jika Tak Gemar Bersedekah':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO