Tafsir Al-Kahfi 83-85: Dzu Al-Qarnain, Pejabat Teladan

Tafsir Al-Kahfi 83-85: Dzu Al-Qarnain, Pejabat Teladan Ilustrasi

Jadi, kayak iseng, tapi serius. Andai Rasulullah SAW bisa menjawab, maka mereka biasa-biasa saja dan belum tentu mau beriman. Tapi kalau tidak, maka mereka memaki dan menghabisi. Makanya, awal ayat ini dibuka dengan kata tanya, “wa yas’alunak ‘an Dzi al-qarnain...”.

Mengetahui nabi utusan-Nya dikerjai oleh para penggede kafir, Tuhan turun langsung dan menyuruh nabi-Nya agar menjawab dan menyanggupi: “Qul sa’atlu ‘alaikum minh dzikra...”. Oke, jangan khawatir, akan saya jelaskan tuntas. Dan benar seperti pada penuturan ayat berikutnya.

Prolog ini mengajari kita, bahwa nonmuslim itu tidak akan pernah berhenti menyoal dan mencari-cari kelemahan agama islam. Meskipun dengan cara iseng seperti pada sabab nuzul di atas, tapi kita harus siap dan serius menjawab setiap kali ada usilan dari luar. Islam itu agama terbuka dan menantang. Terbuka untuk dikoreksi dan menantang untuk berdialog dengan baik.

Persoalan siapa , silang pendapat di antara para mufassirin tidak menemukan titik temu. Tapi ketemu dalam pesan besarnya. Bahwa dia adalah seorang pemimpin besar yang super adil, serba mampu, dan mensejahterakan.

Terhitung ada sekian nama: Hurmus, Hirdis, Sha’b bin Dzi Yazin, dan yang paling populer adalah Iskandar. Tapi itu dibantah, karena Raja Iskandar dari suku Iskandariah berkebangsaan Yunani Maqdunia itu nonmuslim. Sedangkan seorang muslim.

Juga masa hidupnya, ada pada era kapan: zaman Nabi Ibrahim, zaman dan yang terdekat adalah era setelah Nabi Isa A.S. Apakah berkebangsaan Arab, Romawi atau Persia, juga tidak selesai. Dzu artinya pemilik, qarn artinya tanduk. Qarnain, dua tanduk. Sang pemilik dua tanduk.

Tentu bukan tanduk beneran kayak tanduk rusa atau banteng. Ini bahasa kiasan, karena manusia tidak punya tanduk. Tanduk adalah bahasa kiasan dari kekuatan. Dzu al-Qarnain, raja yang menguasai dua wilayah besar, Romawi dan Persia, atau dunia barat dan dunia timur waktu itu. Walhasil, dialah raja besar, di mana raja-raja kecil tunduk pada perintahnya.

Jika difisiskan dalam mode, katanya raja Dzul al-Qarnain ini gaya rambutnya model chioda, digelung atau dikuncit dua. Di bagian atas sebelah kanan dan satunya di sebelah kiri, kayak model pendekar cewek China - Saolin. Itu semua tak penting, yang penting adalah esensinya. Begitulah al-Qur’an yang memang bukan buku cerita, tapi pesan ilahi yang filosufis dan mendidik.

Tuhan memberi dua pilar plus satu sebagai penguasa digdaya dan energik. Pertama, Tamkin, “inna makkanah fi al-ardl”. Posisinya di bumi ini sangat kokoh. Ada tamkin pada dirinya, kekuatan serba unggul dan bisa melakukan banyak hal.

Kedua, fadl,wa atainah min kull syai sababa”. Tuhan menanugerahi kelengkapan kepadanya: kekuasaan, dana, ilmu, teknik, power, kecerdasan, akhlak, dll. Dan ketiga, “fa atba’a sababa”. Memanfaatkan semua kelebihan yang dimiliki untuk umat dengan perencanaan dan strategi yang tepat.

*Dr. KH. A Musta'in Syafi'ie M.Ag adalah Mufassir, Pengasuh Rubrik HARIAN BANGSA, dan Pengasuh Pondok Pesantren Madrasatul Qur’an (MQ), Tebuireng, Jombang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Pandemi, Ketua TP PKK Kabupaten Mojokerto Ajak Anggotanya Peduli Sesama':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO