MALANG, BANGSAONLINE.com - Program Makmur yang digagas Petrokimia Gresik dengan PG Rajawali terbukti berhasil meningkatkan rendemen dan produktivitas tebu dari 150 ton/Ha menjadi 160 ton/Ha.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Petrokimia Gresik Dwi Satriyo Annurogo dalam acara “Panen & Tanam Demplot Program Makmur” di Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang.
BACA JUGA:
- Hadapi Proliga 2024, Petrokimia Gresik Launching GPPI Volley Ball Club
- Mudik Asyik Bersama BUMN 2024, Petrokimia Gresik Berangkatkan 200 Pemudik Keempat Tujuan
- Masuk Musim Tanam April-September 2024, Petrokimia Gresik Siapkan Ratusan Ribu Ton Pupuk Bersubsidi
- Petrokimia Gresik Group Bersama Satgas Bencana Nasional Jatim Kembali Kirim Bantuan ke Bawean
Dwi Satriyo menyampaikan, produksi tebu sebagai bahan baku gula harus terus ditingkatkan, karena produksi gula nasional saat ini masih belum mencukupi kebutuhan gula konsumsi di dalam negeri.
"Melalui kolaborasi yang kami bangun dalam program makmur ini, Petrokimia Gresik berperan aktif mendukung pemenuhan gula nasional," ujarnya, Sabtu (30/7/2022).
Selain rendemen dan produktivitas tebu yang meningkat, program makmur juga berdampak positif pada peningkatan kesejahteraan petani tebu. Pendapatan petani naik sekitar Rp 6,2 juta/Ha, dari Rp 25,3 juta/Ha menjadi 31,5 juta/Ha.
"Jika pendapatan petani tebu meningkat, maka petani akan semakin termotivasi untuk menanam komoditas tebu. Selain itu juga akan menarik minat generasi muda untuk mengoptimalkan potensi yang ada," jelasnya.
Melalui program ini, Petrokimia Gresik memberikan jaminan penyediaan pupuk nonsubsidi kepada petani tebu binaan PT PG Rajawali I, yang merupakan bagian dari Holding Pangan ID FOOD.
Tidak hanya itu, Petrokimia Gresik juga melakukan kawalan budi daya, mulai dari pengujian tanah melalui layanan mobil uji tanah, hingga penyediaan pestisida melalui anak perusahaan untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman.
Selain PT PG Rajawali I, Petrokimia Gresik juga menggandeng Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, Bank BRI, BNI, Asuransi Jasindo, Askrindo, dan lainnya untuk membentuk sebuah ekosistem pertanian yang terintegrasi.
"Dengan demikian, petani bisa lebih fokus melakukan budi daya tanamannya tanpa harus memikirkan bagaimana mendapatkan modal dan menjual hasil panennya," beber Dwi.
Ia mengungkapkan, hasil uji tanah menunjukkan bahwa kondisi tanah di Malang terbilang masam dengan pH di bawah 6 dan kekurangan komposisi hara N, K, dan C Organik.
Padahal kondisi tanah yang masam dapat menyebabkan penyerapan pupuk menjadi tidak optimal. Sehingga untuk mengatasinya, selain menggunakan ZA Plus dan NPK Petrocane, dalam demplot ini juga menggunakan Kapur Pertanian Petrokimia Gresik.